Dalam
Injil Yohanes, Yesus bersabda:
Injil
Yohanes 14: 16
Aku
akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang
lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya.
Sebelum
kita mengidentifikasi siapa yang dimaksud “Penolong” di sini, ada baiknya kita
mencermati kejanggalan mengenai beberapa kata/kalimat yang ada pada ayat di
atas. Kejanggalan yang saya maksudkan di sini adalah kata “yang lain” (Greek: ἅλλον
– allon) dan kalimat “aku akan minta” (Greek: εγώ ἐρωτήσω – egō erōtēsō).
Pertama,
mengenai kata “yang lain”. Kata adjektiva ini menyiratkan bahwa “Παράκλητος”
(Paraklētos) atau “Penolong” yang dinubŭwahkan Yesus bukanlah yang pertama,
melainkan sudah ada “Paraklētos” sebelumnya. Padahal, kata Greek “Paraklētos” sendiri,
baik dalam Perjanjian Lama (LXX Septuaginta) maupun dalam manuskrip-manuskrip
Greek Perjanjian Baru, baru untuk pertama kalinya digunakan dalam Yohanes 14:
16 ini. Yang demikian ini tidak hanya menunjukkan betapa janggalnya penggunaan
kata “yang lain” setelah kata “Paraklētos”, tetapi juga sekaligus menunjukkan
asingnya kata “Paraklētos” itu sendiri dalam literatur Greek.
Kedua,
mengenai kalimat “aku akan minta”; sangat janggal jika kalimat ini meluncur
dari mulut Yesus. Kalimat ini menyiratkan seolah-olah gagasan pengiriman
“Paraklētos” itu berasal dari Yesus. Yang demikian ini bertentangan dengan
sabda-sabda Yesus berikut:
Injil
Matius 6: 8
Jadi
janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu
perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.
Injil
Yohanes 12: 49
Sebab
Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku,
Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan
Aku sampaikan.
Injil Yohanes
12: 50
Dan Aku
tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku
katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku.
Injil
Yohanes 14: 10
Tidak
percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang
Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa,
yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.
Dari
sabda-sabda Yesus di atas, sangat jelas bahwa “Bapa” Maha Tahu akan kebutuhan
dan keperluan hambaNya sebelum hambaNya itu meminta kepadaNya. Apa yang
disabdakan Yesus bukanlah menurut kemauan diriNya, melainkan atas dasar apa yang
difirmankan oleh “Bapa” kepadanya. Dus, ketika Yesus menubŭwahkan mengenai
kedatangan “Parakētos”, yang demikian ini pun sudah menjadi kehendak “Bapa” dan
Yesus hanya sekedar menyampaikan apa yang telah difirmankan “Bapa” kepadanya.
Karenanya, akan begitu pongah jika pengutusan “Paraklētos” itu didasarkan atas
permintaan Yesus.
Jika
kita ingin menemukan pengertian yang sebenarnya dalam Yohanes 14: 16 ini, kita
harus memperbaiki teksnya yang seharusnya berbunyi sebagai berikut:
Aku
akan pergi menghadap Bapa, dan Dia akan mengutus kepadamu Paraklētos, utusan
yang lain supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya.
“PARAKLĒTOS”
ADALAH KATA YANG ASING
Imam
Katolik Roma asal Amerika yang juga adalah pakar Bibel terkemuka di era-nya, Raymond
Edward Brown, Ph.D (1928-1998), dalam bukunya berjudul “The Anchor Bible: The
Gospel According to John XIII-XXI” Volume 29 (hlm. 1135) menulis:
The
word paraklētos is peculiar in the NT to the Johannine literature. In I John ii
1 Jesus is a paraklētos (not a title), serving
as a heavenly intercessor with the Father. In five passages in John (xiv
15-17, 26; xv 26-27; xvi 7-11, 12-14) the title paraklētos is given to someone
who is not Jesus, nor an intercessor, nor in
heaven. Christian tradition has identified this figure as the Holy
Spirit, but scholars like Spitta, Delafosse, Windisch, Sasse, Bultmann, and
Betz have doubted whether this identification is true to the original picture
and have suggested that the Paraclete was once an independent salvific figure,
later confused with the Holy Spirit.
Terjemah:
Kata
paraklētos adalah asing dalam Perjanjian Baru pada literatur Yohanes. Dalam 1
Yohanes 2: 1, Yesus adalah seorang Paraklētos (bukan sebuah gelar), melayani
sebagai pengantara Surgawi dengan Bapa. Dalam lima bagian di Injil Yohanes (14:
15-17, 26; 15: 26-27; 16: 7-11, 12-14), gelar Paraklētos diberikan kepada
seseorang yang bukan Yesus, maupun seorang pengantara, ataupun di Surga.
Tradisi Kristen telah mengidentifikasi figur ini sebagai Roh Kudus. Tetapi para
sarjana seperti: Spitta, Delafosse, Windisch, Sasse, Bultmann, dan Betz telah
meragukan apakah identifikasi ini benar untuk gambaran asli dan telah
menyarankan bahwa Paraclete dulunya suatu figur keselamatan independen,
kemudian dibingungkan dengan Roh Kudus.
Dalam
Perjanjian Lama, kata Ibrani yang umum digunakan untuk suatu pekerjaan atau
perbuatan (verba) menghibur adalah “נָחַם” (naḥam). Sedangkan bentuk nominanya adalah “מְנַחֵ֖ם” (mənaḥêm) yang artinya “penghibur”, dimana ada penambahan prefiks
nomina “מ” (Mēm) yang bertindak sebagai preposisi. Dalam Perjanjian Lama,
kata “mənaḥêm” digunakan sebanyak 7 (tujuh) kali, yakni dalam Pengkotbah 4: 1,
Ratapan 1: 2, Ratapan 1: 9, Ratapan 1: 16, Ratapan 1: 17 dan Ratapan 1: 21.
Dalam
LXX Septuaginta, semua kata Ibrani “mənaḥêm” secara konsisten telah diterjemahkan
sebagai “παρακαλων” (translit: parakalōn), dan bukan “Paraklētos”. Kata
“parakalōn” berasal dari kata “παρακαλεω” (translit: parakaleō) atau bisa juga
“παρακαλεω” (parakalō) jika penulisannya menuruti aturan kontraksi verba, dan
diakhiri sufiks “ον” (translit: on), yang menuruti aturan kontraksi verba, huruf
vokal “ο” pada sufiks “ον” tidak dituliskan karena bertemunya dengan diftong “ω”.
Prof.
John Williams White dalam bukunya berjudul “First Greek Book” (hlm. 70)
menulis:
ε + ω =
ω
ο + ω =
ω
Sementara
itu, Kristen mengklaim dalam leksikonnya bahwa kata “παράκλητος” (paraklētos)
berasal dari kata “παρακαλεω” (parakaleō) dengan sufiks adjektiva verba “τος”
(translit: tos). Namun yang demikian ini sangatlah janggal. Sebab, pada kata
“παρακαλεω” (parakaleō) terdapat huruf vokal “α” (Alfa) setelah konsonan “κ”
(Kappa), dan ini tidak terdapat pada kata “παράκλητος” (paraklētos).
PARAKLĒTOS
BUKAN BERASAL DARI BAHASA ARAM
Dalam Pešiṭṭā,
kita melihat bahwa kata “Paraklētos” telah diterjemahkan sebagai “ܦܪܩܠܛܐ” (P’araqlitā) dari kata “ܦܪܩ” (translit:
paraq) yang mengandung arti “menyelamatkan dari” atau “membebaskan dari” dan
kata “ܠܛܐ” (translit: lita) yang mengandung arti “yang terkutuk”. Gagasan
Kristen bahwa Yesus Kristus adalah “Juru Selamat yang membebaskan manusia dari
kutuk Hukum Perjanjian Lama” tampaknya telah membuat para penerjemah Pešiṭṭā
berpikir bahwa kata “Paraklētos” berasal dari bahasa Aram.
Dalam
Targum Yahudi, kita akan menemukan sejumlah kata “P’araqlitā” dalam berbagai
bentuk. Sehubungan dengan penggunaan kata “P’araqlitā” ini, Rabi Kaufmann
Kohler (1843-1926) dalam “The Jewish Encyclopedia” Volume IX (hlm. 514)
menulis:
Rabbinical
term adopted from the Greek παράκλητός (= “advocate,” “intercessor”)
Terjemah:
Istilah
Rabinik diadopsi dari Greek παράκλητός (= “pembela,” “perantara”)
Kita
tahu bahwa Targum merupakan penjelasan, parafrase, dan pegembangan lisan
mengenai Perjanjian Lama bahasa Ibrani ke ke dalam bahasa Aram. Namun mengenai
istilah “P’araqlitā” yang dikutip dalam Targum, sebagaimana dikatakan oleh Rabi
Kaufmann Kohler dalam “The Jews Encyclopedia”, bukanlah istilah bahasa Aram,
melainkan dipinjam dari bahasa Greek. Dengan demikian, kata “Paraklētos”
bukanlah berasal dari bahasa Aram ataupun dialek Suryani.
Kata
“P’araqlitā” tidak dikenal dalam kosakata bahasa Aram maupun bahasa penerusnya
– Suryani, melainkan hanya terdapat dalam Pešiṭṭā setelah menggabungkan dua
kata Suryani, “paraq” dan “lita”, sehingga akhirnya memiliki makna filosofis
yang kemudian dikaitkan dengan misi Yesus Kristus dalam keimanan Kristen.
PARAKLĒTOS
BUKAN “ROH KUDUS”
Dunia
Kristen meyakini bahwa “Penolong” (Paraklētos) yang disabdakan Yesus dalam
Injil Yohanes 14: 16 adalah “Roh Kudus”, dengan mengacu pada Injil Yohanes 14:
26
Injil
Yohanes 14: 26
tetapi
Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah
yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan
semua yang telah Kukatakan kepadamu.
Anda
tidak perlu menjadi pakar Bibel untuk mengetahui bahwa ungkapan dengan penekanan
“yaitu Roh Kudus” pada ayat di atas adalah hasil interpolasi (penyisipan).
Harusnya kalimat tersebut dalam tanda kurung. Jika kita menyimak sabda Yesus
berikut ini, sesungguhnya sudah jelas bahwa kedatangan “Paraklētos” yang
dinubŭwahkan itu bersyarat:
Injil Yohanes
16: 7
Namun
benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku
pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur (Paraklētos) itu tidak akan
datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.
Dengan
demikian, nubŭwah kedatangan “Paraklētos” barulah tergenapi apabila Yesus telah
pergi dari dunia. Sedangkan “Roh Kudus” sendiri sudah ada selama Yesus masih
tinggal bersama murid-muridnya, bahkan sebelum Yesus dilahirkan di muka bumi.
Injil
Lukas 1: 41-42
Dan
ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya
dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan
suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah
buah rahimmu.
Injil
Lukas 1: 67
Dan
Zakharia, ayahnya (Yohanes Pembaptis), penuh dengan Roh Kudus
Injil
Lukas 2: 27
Ia (Yesus)
datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus
Injil
Lukas 3: 21-22
Ketika
seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan
sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus
dalam rupa burung merpati ke atas-Nya (Yesus)
Injil
Lukas 4: 1
Yesus,
yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh
Kudus ke padang gurun.
Dari
ayat-ayat di atas, adalah jelas bahwa “Paraklētos” yang dinubŭwahkan Yesus
kepada murid-muridnya itu bukanlah “Roh Kudus”. Murid-muridnya sendiri telah
menerima apa yang dinamakan “Roh Kudus” sebelum Yesus meninggalkan dunia ini:
Injil
Yohanes 20: 21-22
Maka
kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku,
demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi
mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus.
Kata “τὸ
Πνεῦμα τὸ Ἅγιον” (to Pneuma to Hagion) atau “Roh Kudus” dalam Injil Yohanes 14:
26 tidak lain adalah hasil interpolasi untuk mengalihkan makna tentang siapa “Paraklētos”
yang dinubŭwahkan oleh Yesus. Karenanya, Kristen harus berpaling dari keyakinan
bahwa “Paraklētos” yang dinubŭwahkan Yesus adalah “Roh Kudus”, dan mulai
mencari kebenaran yang sesungguhnya mengenai “Paraklētos”.
Melihat
begitu asingnya kata “Paraklētos” dalam kosakata Koine Greek serta bukan pula
berasal dari bahasa Aram, maka sangat mungkin sekali bahwa kata ini merupakan
korupsi dari kata “Περικλειτός” (translit: Perikleitos). Charles
Alexandre dalam bukunya berjudul “Dictionnaire Grec-Français” (hlm. 1102)
menulis bahwa kata Greek “Περικλειτός” artinya “très-célèbre” atau termasyhur.
Kata “Περικλειτός” berasal dari kata “κλειτός” dengan preposisi “περι”. Masih
dalam bukunya Charles Alexandre berjudul “Dictionnaire Grec-Français” (hlm.
789), kata “κλειτός” mengandung definisi “fameux” (masyhur) atau “illustre” (mulia).
Definisi ini sangat sesuai dengan makna dari nama Muḥammad atau Aḥmad, yang
artinya terpuji.
Inilah
sintesis dari kejanggalan-kejanggalan mengenai kata “Paraklētos” dalam Injil
Yohanes, bahwa Yesus sesungguhnya tengah menubŭwahkan mengenai kedatangan
seorang Nabî bernama Muḥammad atau Aḥmad, yang dalam bahasa Aram-Suryani adalah
“ܡܚܡܕ” (translit: Mḥamda) atau “ܚܡܕ” (translit:
Ḥamda).
Walaupun
figur Muḥammad telah dikaburkan dengan adanya interpolasi sejumlah kata/kalimat
di sana-sini, namun dengan jalan analisa serta dilandasi dengan semangat
mencari Kebenaran, maka Insya Allāh kebenaran mengenai nubŭwah ini akan dapat
diungkap oleh saudara/i Kristen sekalian.
وَإِذۡ
قَالَ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ إِنِّي رَسُولُ ٱللَّهِ
إِلَيۡكُم مُّصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيَّ مِنَ ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَمُبَشِّرَۢا
بِرَسُولٖ يَأۡتِي مِنۢ بَعۡدِي ٱسۡمُهُۥٓ أَحۡمَدُۖ فَلَمَّا جَآءَهُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِ
قَالُواْ هَٰذَا سِحۡرٞ مُّبِينٞ ٦
Terjemah
Dan ketika ‘Ǐsa
ibnu Maryam berkata:
“Wahai Banĭ Isrā’ĭl ! Sungguh, aku adalah utusan Allāh kepadamu sekalian;
membenarkan kitab sebelumku, yakni At-Taŭrāt; dan memberi kabar gembira dengan
(datangnya) seorang Rasŭl yang akan datang sesudahku, namanya Aḥmad (Muḥammad).”
Tatkala dia datang kepada mereka dengan bukti-bukti yang nyata, mereka berkata:
“Ini adalah sihir yang nyata !” (Al-Qur’ān sŭrah Ash-Shaff: 6)
Wassalāmu’alaĭkum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar