Minggu, 01 November 2015

SIAPA PARAKLĒTOS ?


Dalam Injil Yohanes, Yesus bersabda:

Injil Yohanes 14: 16
Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya.

Sebelum kita mengidentifikasi siapa yang dimaksud “Penolong” di sini, ada baiknya kita mencermati kejanggalan mengenai beberapa kata/kalimat yang ada pada ayat di atas. Kejanggalan yang saya maksudkan di sini adalah kata “yang lain” (Greek: ἅλλον – allon) dan kalimat “aku akan minta” (Greek: εγώ ἐρωτήσω – egō erōtēsō).

Pertama, mengenai kata “yang lain”. Kata adjektiva ini menyiratkan bahwa “Παράκλητος” (Paraklētos) atau “Penolong” yang dinubŭwahkan Yesus bukanlah yang pertama, melainkan sudah ada “Paraklētos” sebelumnya. Padahal, kata Greek “Paraklētos” sendiri, baik dalam Perjanjian Lama (LXX Septuaginta) maupun dalam manuskrip-manuskrip Greek Perjanjian Baru, baru untuk pertama kalinya digunakan dalam Yohanes 14: 16 ini. Yang demikian ini tidak hanya menunjukkan betapa janggalnya penggunaan kata “yang lain” setelah kata “Paraklētos”, tetapi juga sekaligus menunjukkan asingnya kata “Paraklētos” itu sendiri dalam literatur Greek.

Kedua, mengenai kalimat “aku akan minta”; sangat janggal jika kalimat ini meluncur dari mulut Yesus. Kalimat ini menyiratkan seolah-olah gagasan pengiriman “Paraklētos” itu berasal dari Yesus. Yang demikian ini bertentangan dengan sabda-sabda Yesus berikut:

Injil Matius 6: 8
Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.

Injil Yohanes 12: 49
Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan.

Injil Yohanes 12: 50
Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku.

Injil Yohanes 14: 10
Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.

Dari sabda-sabda Yesus di atas, sangat jelas bahwa “Bapa” Maha Tahu akan kebutuhan dan keperluan hambaNya sebelum hambaNya itu meminta kepadaNya. Apa yang disabdakan Yesus bukanlah menurut kemauan diriNya, melainkan atas dasar apa yang difirmankan oleh “Bapa” kepadanya. Dus, ketika Yesus menubŭwahkan mengenai kedatangan “Parakētos”, yang demikian ini pun sudah menjadi kehendak “Bapa” dan Yesus hanya sekedar menyampaikan apa yang telah difirmankan “Bapa” kepadanya. Karenanya, akan begitu pongah jika pengutusan “Paraklētos” itu didasarkan atas permintaan Yesus.

Jika kita ingin menemukan pengertian yang sebenarnya dalam Yohanes 14: 16 ini, kita harus memperbaiki teksnya yang seharusnya berbunyi sebagai berikut:

Aku akan pergi menghadap Bapa, dan Dia akan mengutus kepadamu Paraklētos, utusan yang lain supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya.

“PARAKLĒTOS” ADALAH KATA YANG ASING

Imam Katolik Roma asal Amerika yang juga adalah pakar Bibel terkemuka di era-nya, Raymond Edward Brown, Ph.D (1928-1998), dalam bukunya berjudul “The Anchor Bible: The Gospel According to John XIII-XXI” Volume 29 (hlm. 1135) menulis:

The word paraklētos is peculiar in the NT to the Johannine literature. In I John ii 1 Jesus is a paraklētos (not a title), serving  as a heavenly intercessor with the Father. In five passages in John (xiv 15-17, 26; xv 26-27; xvi 7-11, 12-14) the title paraklētos is given to someone who is not Jesus, nor an intercessor, nor in  heaven. Christian tradition has identified this figure as the Holy Spirit, but scholars like Spitta, Delafosse, Windisch, Sasse, Bultmann, and Betz have doubted whether this identification is true to the original picture and have suggested that the Paraclete was once an independent salvific figure, later confused with the Holy Spirit.

Terjemah:
Kata paraklētos adalah asing dalam Perjanjian Baru pada literatur Yohanes. Dalam 1 Yohanes 2: 1, Yesus adalah seorang Paraklētos (bukan sebuah gelar), melayani sebagai pengantara Surgawi dengan Bapa. Dalam lima bagian di Injil Yohanes (14: 15-17, 26; 15: 26-27; 16: 7-11, 12-14), gelar Paraklētos diberikan kepada seseorang yang bukan Yesus, maupun seorang pengantara, ataupun di Surga. Tradisi Kristen telah mengidentifikasi figur ini sebagai Roh Kudus. Tetapi para sarjana seperti: Spitta, Delafosse, Windisch, Sasse, Bultmann, dan Betz telah meragukan apakah identifikasi ini benar untuk gambaran asli dan telah menyarankan bahwa Paraclete dulunya suatu figur keselamatan independen, kemudian dibingungkan dengan Roh Kudus.

Dalam Perjanjian Lama, kata Ibrani yang umum digunakan untuk suatu pekerjaan atau perbuatan (verba) menghibur adalah “נָחַם” (naḥam). Sedangkan bentuk nominanya adalah “מְנַחֵ֖ם” (mənaḥêm) yang artinya “penghibur”, dimana ada penambahan prefiks nomina “מ” (Mēm) yang bertindak sebagai preposisi. Dalam Perjanjian Lama, kata “mənaḥêm” digunakan sebanyak 7 (tujuh) kali, yakni dalam Pengkotbah 4: 1, Ratapan 1: 2, Ratapan 1: 9, Ratapan 1: 16, Ratapan 1: 17 dan Ratapan 1: 21.

Dalam LXX Septuaginta, semua kata Ibrani “mənaḥêm” secara konsisten telah diterjemahkan sebagai “παρακαλων” (translit: parakalōn), dan bukan “Paraklētos”. Kata “parakalōn” berasal dari kata “παρακαλεω” (translit: parakaleō) atau bisa juga “παρακαλεω” (parakalō) jika penulisannya menuruti aturan kontraksi verba, dan diakhiri sufiks “ον” (translit: on), yang menuruti aturan kontraksi verba, huruf vokal “ο” pada sufiks “ον” tidak dituliskan karena bertemunya dengan diftong “ω”.

Prof. John Williams White dalam bukunya berjudul “First Greek Book” (hlm. 70) menulis:

ε + ω = ω
ο + ω = ω

Sementara itu, Kristen mengklaim dalam leksikonnya bahwa kata “παράκλητος” (paraklētos) berasal dari kata “παρακαλεω” (parakaleō) dengan sufiks adjektiva verba “τος” (translit: tos). Namun yang demikian ini sangatlah janggal. Sebab, pada kata “παρακαλεω” (parakaleō) terdapat huruf vokal “α” (Alfa) setelah konsonan “κ” (Kappa), dan ini tidak terdapat pada kata “παράκλητος” (paraklētos).

PARAKLĒTOS BUKAN BERASAL DARI BAHASA ARAM

Dalam Pešiṭṭā, kita melihat bahwa kata “Paraklētos” telah diterjemahkan sebagai “ܦܪܩܠܛܐ” (P’araqlitā) dari kata “ܦܪܩ” (translit: paraq) yang mengandung arti “menyelamatkan dari” atau “membebaskan dari” dan kata “ܠܛܐ” (translit: lita) yang mengandung arti “yang terkutuk”. Gagasan Kristen bahwa Yesus Kristus adalah “Juru Selamat yang membebaskan manusia dari kutuk Hukum Perjanjian Lama” tampaknya telah membuat para penerjemah Pešiṭṭā berpikir bahwa kata “Paraklētos” berasal dari bahasa Aram.

Dalam Targum Yahudi, kita akan menemukan sejumlah kata “P’araqlitā” dalam berbagai bentuk. Sehubungan dengan penggunaan kata “P’araqlitā” ini, Rabi Kaufmann Kohler (1843-1926) dalam “The Jewish Encyclopedia” Volume IX (hlm. 514) menulis:

Rabbinical term adopted from the Greek παράκλητός (= “advocate,” “intercessor”)

Terjemah:
Istilah Rabinik diadopsi dari Greek παράκλητός (= “pembela,” “perantara”)

Kita tahu bahwa Targum merupakan penjelasan, parafrase, dan pegembangan lisan mengenai Perjanjian Lama bahasa Ibrani ke ke dalam bahasa Aram. Namun mengenai istilah “P’araqlitā” yang dikutip dalam Targum, sebagaimana dikatakan oleh Rabi Kaufmann Kohler dalam “The Jews Encyclopedia”, bukanlah istilah bahasa Aram, melainkan dipinjam dari bahasa Greek. Dengan demikian, kata “Paraklētos” bukanlah berasal dari bahasa Aram ataupun dialek Suryani.

Kata “P’araqlitā” tidak dikenal dalam kosakata bahasa Aram maupun bahasa penerusnya – Suryani, melainkan hanya terdapat dalam Pešiṭṭā setelah menggabungkan dua kata Suryani, “paraq” dan “lita”, sehingga akhirnya memiliki makna filosofis yang kemudian dikaitkan dengan misi Yesus Kristus dalam keimanan Kristen.

PARAKLĒTOS BUKAN “ROH KUDUS”

Dunia Kristen meyakini bahwa “Penolong” (Paraklētos) yang disabdakan Yesus dalam Injil Yohanes 14: 16 adalah “Roh Kudus”, dengan mengacu pada Injil Yohanes 14: 26

Injil Yohanes 14: 26
tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.

Anda tidak perlu menjadi pakar Bibel untuk mengetahui bahwa ungkapan dengan penekanan “yaitu Roh Kudus” pada ayat di atas adalah hasil interpolasi (penyisipan). Harusnya kalimat tersebut dalam tanda kurung. Jika kita menyimak sabda Yesus berikut ini, sesungguhnya sudah jelas bahwa kedatangan “Paraklētos” yang dinubŭwahkan itu bersyarat:

Injil Yohanes 16: 7
Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur (Paraklētos) itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.

Dengan demikian, nubŭwah kedatangan “Paraklētos” barulah tergenapi apabila Yesus telah pergi dari dunia. Sedangkan “Roh Kudus” sendiri sudah ada selama Yesus masih tinggal bersama murid-muridnya, bahkan sebelum Yesus dilahirkan di muka bumi.

Injil Lukas 1: 41-42
Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.

Injil Lukas 1: 67
Dan Zakharia, ayahnya (Yohanes Pembaptis), penuh dengan Roh Kudus

Injil Lukas 2: 27
Ia (Yesus) datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus

Injil Lukas 3: 21-22
Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya (Yesus)

Injil Lukas 4: 1
Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun.

Dari ayat-ayat di atas, adalah jelas bahwa “Paraklētos” yang dinubŭwahkan Yesus kepada murid-muridnya itu bukanlah “Roh Kudus”. Murid-muridnya sendiri telah menerima apa yang dinamakan “Roh Kudus” sebelum Yesus meninggalkan dunia ini:

Injil Yohanes 20: 21-22
Maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus.

Kata “τὸ Πνεῦμα τὸ Ἅγιον” (to Pneuma to Hagion) atau “Roh Kudus” dalam Injil Yohanes 14: 26 tidak lain adalah hasil interpolasi untuk mengalihkan makna tentang siapa “Paraklētos” yang dinubŭwahkan oleh Yesus. Karenanya, Kristen harus berpaling dari keyakinan bahwa “Paraklētos” yang dinubŭwahkan Yesus adalah “Roh Kudus”, dan mulai mencari kebenaran yang sesungguhnya mengenai “Paraklētos”.

Melihat begitu asingnya kata “Paraklētos” dalam kosakata Koine Greek serta bukan pula berasal dari bahasa Aram, maka sangat mungkin sekali bahwa kata ini merupakan korupsi dari kata “Περικλειτός” (translit: Perikleitos). Charles Alexandre dalam bukunya berjudul “Dictionnaire Grec-Français” (hlm. 1102) menulis bahwa kata Greek “Περικλειτός” artinya “très-célèbre” atau termasyhur. Kata “Περικλειτός” berasal dari kata “κλειτός” dengan preposisi “περι”. Masih dalam bukunya Charles Alexandre berjudul “Dictionnaire Grec-Français” (hlm. 789), kata “κλειτός” mengandung definisi “fameux” (masyhur) atau “illustre” (mulia). Definisi ini sangat sesuai dengan makna dari nama Muḥammad atau Aḥmad, yang artinya terpuji.

Inilah sintesis dari kejanggalan-kejanggalan mengenai kata “Paraklētos” dalam Injil Yohanes, bahwa Yesus sesungguhnya tengah menubŭwahkan mengenai kedatangan seorang Nabî bernama Muḥammad atau Aḥmad, yang dalam bahasa Aram-Suryani adalah “ܡܚܡܕ” (translit: Mḥamda) atau “ܚܡܕ” (translit: Ḥamda).

Walaupun figur Muḥammad telah dikaburkan dengan adanya interpolasi sejumlah kata/kalimat di sana-sini, namun dengan jalan analisa serta dilandasi dengan semangat mencari Kebenaran, maka Insya Allāh kebenaran mengenai nubŭwah ini akan dapat diungkap oleh saudara/i Kristen sekalian.

وَإِذۡ قَالَ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ إِنِّي رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيۡكُم مُّصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيَّ مِنَ ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَمُبَشِّرَۢا بِرَسُولٖ يَأۡتِي مِنۢ بَعۡدِي ٱسۡمُهُۥٓ أَحۡمَدُۖ فَلَمَّا جَآءَهُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِ قَالُواْ هَٰذَا سِحۡرٞ مُّبِينٞ ٦

Terjemah
Dan ketika ‘Ǐsa ibnu Maryam berkata: “Wahai Banĭ Isrā’ĭl ! Sungguh, aku adalah utusan Allāh kepadamu sekalian; membenarkan kitab sebelumku, yakni At-Taŭrāt; dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasŭl yang akan datang sesudahku, namanya Aḥmad (Muḥammad).” Tatkala dia datang kepada mereka dengan bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata !” (Al-Qur’ān sŭrah Ash-Shaff: 6)


Wassalāmu’alaĭkum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar