I. PENDAHULUAN
Suryani (Leššānā
Suryāyā) adalah dialek bahasa Aram dari kota Edessa (Sekarang: Şanlıurfa) di Turki
Timur dan merupakan varian terakhir dari bahasa Aram yang masih lestari hingga
sekarang ini. Bahasa Aram sendiri merupakan bahasa ibu yang dituturkan ‘Ĭsa
(‘alaĭhis salām) atau “Yesus” semasa hidupnya, dan merupakan bagian dari
kelompok bahasa Semitik (yang juga mencakup bahasa Arab dan Ibrani).
Pada abad
kelima, bahasa Aram dialek Suryani terpecah menjadi dua dialek besar, yakni dialek
Timur (Nestorian/Kaldean) dan dialek Barat (Serto/Maronit/Yakobit). Perpecahan
ini juga menghasilkan perbedaan di antara keduanya, seperti dalam hal penulisan
abjad, gramatikal, dan pelafalan.
Adapun abjad
tertua sebelum terpecah menjadi dua dialek tersebut dikenal dengan nama
“Estrangela Edessa”. Yang paling mendekati bentuknya dengan abjad ini adalah
abjad dari dialek Timur, seperti huruf Gāmal, Tēṯ, Kāf, Lāmaḏ, Ṣāḏē, dan
sebagainya.
Berikut ini saya
sajikan perbandingan fonem vokal antara dialek Timur dan dialek Barat:
No
|
Nestorian (Dialek Timur)
|
Yakobit (Dialek Barat)
|
1
2
3
4
5
6
7
|
a
ā
i
ē
e
u
o
|
a
o
i
i dan e
e
u
u
|
Sumber: Takamitsu Muraoka & Sebastian P. Brock, Classical
Syriac: A Basic Grammar with a Chrestomathy, (Otto Harrassowitz Verlag,
2005), hlm. 7
Dilihat dari fonem vokal sejumlah kata Aram yang digunakan
Yesus dalam Injil, seperti akata “εφφαθα” (Ephphatha) atau “Efata” dalam Injil
Markus 7: 34, tampak lebih identik dengan kata Aram “Ēpṯāḥ” dari dialek Timur
ketimbang “Ēpṯoḥ” dalam dialek Barat.
Prof. Theodore H. Robinson, Litt.D, D.D, dalam bukunya
berjudul “Paradigms and Exercises in Syriac Grammar” (hlm. 4) menulis,
bahwa secara luas bahasa Aram-Suryani dialek Timur diyakini telah dilestarikan dalam
bentuk yang lebih kuno dari Suryani Klasik.
Sekitar
tahun “400 M”, komunitas Kristen berbahasa Aram-Suryani mulai menerjemahkan
Bibel ke dalam bahasa Aram-Suryani, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian
Baru, yang dikenal dengan nama “Pšiṭṭā”, yang makna harfiahnya “sederhana”.
Namun sayangnya untuk versi online yang ada sekarang ini, ada banyak kesalahan
(baca: ketidakjujuran) yang ditampilkan, terutama dalam hal pelafalan suatu
kata.
II. PELAFALAN
NAMA ‘ĬSA (‘ALAĬHIS SALĀM) DALAM BAHASA ARAM-SURYANI
Dalam Pešiṭṭā,
nama ‘Ĭsa (‘alaĭhis salām) ditulis sebagai “ܝܫܘܥ”, yang
terdiri dari huruf “ܝ” (Yōd), “ܫ” (Šīn), “ܘ” (Wāw), dan “ܥ” (‘E). Untuk mengetahui pelafalannya, maka kita harus terlebih
dahulu mengetahui pelafalan masing-masing huruf yang menyusun nama tersebut
menurut tradisi Aram-Suryani, khususnya mengenai pelafalan huruf “ܝ” (Yōd) dan “ܘ” (Wāw).
John F. Healey, Ph.D dalam bukunya berjudul “Leshono
Suryoyo: First Studies in Syriac” (hlm. 8) menulis:
ܝ (y) was used to represent i (e)
ܘ (w) was used to represent ō (only preserved normally in East
Syriac pronunciation) and ū (as in “moon”). The East Syriac script (see pp.
140-141) distinguishes between ܘ̣ = u and
ܘ̇ = o, and these dots are sometimes
imported into the West Syriac script to reflect the original pronunciation.
Terjemah:
ܝ (y) digunakan untuk mewakili i (e)
ܘ (w) digunakan untuk mewakili ō (biasanya hanya dilestarikan dalam
pelafalan bahasa Suryani dialek Timur) dan ū (seperti dalam “moon”). Naskah
bahasa Suryani dialek Timur (lihat halaman 140-141) membedakan antara ܘ̣ = u dan ܘ̇ = o, dan titik ini terkadang diimpor
ke dalam naskah bahasa Suryani dialek Barat untuk mencerminkan pelafalan asli.
Prof. Theodore H. Robinson, Litt.D, D.D, dalam bukunya
berjudul “Paradigms and Exercises in Syriac Grammar” (hlm. 11) menulis:
Of these, ܝ Yūdh was used to represent the
i-sound, and ܘ Waw the u-sound ... Yūdh also
sometimes represents E and Waw O.
Terjemah:
ܝ Yūdh digunakan untuk mewakili suara-i, dan ܘ Waw suara-u ... Yūdh juga terkadang mewakili E dan Waw O.
Takamitsu Muraoka, Ph.D dan Sebastian P. Brock, D.Phil dalam
bukunya berjudul “Classical Syriac: A Basic Grammar with a Chrestomathy”
(hlm. 2) menulis:
The letter Waw for o or u and the letter Yodh for i or e
Terjemah:
Huruf Waw untuk o atau u dan huruf Yodh untuk i atau e
Berdasarkan otoritas-otoritas di atas, dapat kita ketahui
bahwa huruf “ܝ” (Yōd) dalam tradisi Aram-Suryani digunakan untuk mewakili
vokal “i” atau “e”. Maksudnya di sini adalah diartikulasikan secara palatal,
yakni “iy” atau “ey”. Sebab, bagaimanapun juga, pelafalannya ini tetap berdasarkan
karakter huruf “Yōd” itu sendiri yang merupakan jenis huruf palatal. Sedangkan
huruf “ܘ” (Wāw) digunakan untuk
mewakili vokal “u” atau “o”. Adapun vokal “o”, sebagaimana dikatakan John F. Healey di atas, hanya dilestarikan dalam dialek
Timur. Sebaliknya, dalam dialek Barat huruf “ܘ” (Wāw) divokalkan sebagai “u”
(lihat perbandingan
fonem vokal antara dialek Timur dan dialek Barat pada Pendahuluan). Jika
diselaraskan dengan penulisan namanya dalam teks Greek, maka adalah lebih tepat
jika huruf “ܘ” (Wāw) diucapkan
sebagai “o”. Sebab, huruf vokal setelah huruf semi vokal “σ” (Sigma) pada skrip
“ιησους” ialah huruf “ο” (Omikron), bukan “υ” (Upsilon). Karena setelah
huruf “ܘ” (Wāw) dalam teks Aram-Suryani terdapat konsonan “ܥ” (‘E), maka suara “o” diucapkan dengan berhenti di faring (hulu
kerongkongan).
Dengan
demikian, skrip “ܝܫܘܥ” dalam bahasa Aram dialek Suryani dilafalkan sebagai Ĭšoʼ
(baca: Iysyoʼ) atau Ĕšoʼ (baca: Eysyoʼ). Umumnya para
pakar bahasa Aram-Suryani lebih memilih melafalkannya sebagai Ĭšo’ ketimbang
Ĕšoʼ.
III. KESELARASAN
PELAFALAN NAMANYA DALAM KOINE GREEK
Dalam teks
Greek, nama “Yesus” ditulis sebagai “ιησους”, yang terdiri dari “ιησο” sebagai
the proper name (nama diri) dan sufiks “ος” (tunggal-maskulin). Karena terjadi
penggandaan vokal “ο” akibat bertemunya huruf “ο” pada the proper name “ιησο” dan
huruf “ο” pada sufiks “ος”, maka rangkap vokal ini berkontraksi menjadi “ου”.
Prof. John
Williams White dalam bukunya berjudul “First Greek Book” (hlm. 215) menulis:
ο + ο gives
ου
Jika ditulis
tanpa menuruti aturan kontraksi vokal, maka namanya dalam teks Greek berupa
“ιησο-ος”.
Selanjutnya,
mengenai huruf “ι” (Iota) dan “η” (Eta). Pada periode Koine Greek dan juga
Modern, huruf “ι” (Iota) digunakan untuk mewakili suara “i”. Berbeda dengan pada
periode Attik dimana huruf “ι” (Iota) bisa diucapkan sebagai sebagai “ī”
(panjang) dan bisa juga diucapkan sebagai “i” (pendek). Sedangkan huruf “η” (Eta)
pada periode Koine Greek diucapkan sebagai “ey”. Jadi, jika kita menuruti
pengucapan pada periode Koine Greek, kombinasi huruf “ιη” pada skrip “ιησους” dilafalkan
sebagai “iey”.
Dus,
pelafalan untuk skrip “ιησο” (tanpa sufiks ος) adalah “Ieyso”.
Kemungkinan pelafalan ini diambil dari pelafalan Eysyo’, dimana huruf Aram “ܝ” (Yōd) dilafalkan sebagai “ey” dengan vokal pembuka “i” secara
glotal dan pendek/ringan. Berbeda dengan pelafalannya dalam bahasa Aram; dalam
Koine Greek, vokal “o” pada skrip “ιησο” tidak berhenti di faring. Sebab, baik konsonan
Ibrani “ע” (‘ayin) maupun konsonan Aram “ܥ” (‘E), tidak memiliki padanan dalam abjad Koine Greek.
IV. PENUTUP
Demikianlah
pelafalan nama ‘Ĭsa (‘alaĭhis salām) dalam bahasa Aram-Suryani dan Koine Greek.
Adapun pelafalan namanya sebagai “Yesus” tidak lain didasarkan pada translit
huruf belaka, tanpa memperhatikan lagi fonologi vokalnya. Semoga bermanfaat.
Wassalāmu’alaǐkum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar