Sabtu, 31 Oktober 2015

PELAFALAN NAMA ‘ĬSA (‘ALAĬHIS SALĀM) DALAM BAHASA ARAM-SURYANI DAN KESELARASANNYA DALAM KOINE GREEK

I. PENDAHULUAN

Suryani (Leššānā Suryāyā) adalah dialek bahasa Aram dari kota Edessa (Sekarang: Şanlıurfa) di Turki Timur dan merupakan varian terakhir dari bahasa Aram yang masih lestari hingga sekarang ini. Bahasa Aram sendiri merupakan bahasa ibu yang dituturkan ‘Ĭsa (‘alaĭhis salām) atau “Yesus” semasa hidupnya, dan merupakan bagian dari kelompok bahasa Semitik (yang juga mencakup bahasa Arab dan Ibrani).

Pada abad kelima, bahasa Aram dialek Suryani terpecah menjadi dua dialek besar, yakni dialek Timur (Nestorian/Kaldean) dan dialek Barat (Serto/Maronit/Yakobit). Perpecahan ini juga menghasilkan perbedaan di antara keduanya, seperti dalam hal penulisan abjad, gramatikal, dan pelafalan.

Adapun abjad tertua sebelum terpecah menjadi dua dialek tersebut dikenal dengan nama “Estrangela Edessa”. Yang paling mendekati bentuknya dengan abjad ini adalah abjad dari dialek Timur, seperti huruf Gāmal, Tēṯ, Kāf, Lāmaḏ, Ṣāḏē, dan sebagainya.

Berikut ini saya sajikan perbandingan fonem vokal antara dialek Timur dan dialek Barat:

No
Nestorian (Dialek Timur)
Yakobit (Dialek Barat)
1
2
3
4
5
6
7
a
ā
i
ē
e
u
o
a
o
i
i dan e
e
u
u
Sumber: Takamitsu Muraoka & Sebastian P. Brock, Classical Syriac: A Basic Grammar with a Chrestomathy, (Otto Harrassowitz Verlag, 2005), hlm. 7

Dilihat dari fonem vokal sejumlah kata Aram yang digunakan Yesus dalam Injil, seperti akata “εφφαθα” (Ephphatha) atau “Efata” dalam Injil Markus 7: 34, tampak lebih identik dengan kata Aram “Ēpṯāḥ” dari dialek Timur ketimbang “Ēpṯoḥ” dalam dialek Barat.

Prof. Theodore H. Robinson, Litt.D, D.D, dalam bukunya berjudul “Paradigms and Exercises in Syriac Grammar” (hlm. 4) menulis, bahwa secara luas bahasa Aram-Suryani dialek Timur diyakini telah dilestarikan dalam bentuk yang lebih kuno dari Suryani Klasik.

Sekitar tahun “400 M”, komunitas Kristen berbahasa Aram-Suryani mulai menerjemahkan Bibel ke dalam bahasa Aram-Suryani, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, yang dikenal dengan nama “Pšiṭṭā”, yang makna harfiahnya “sederhana”. Namun sayangnya untuk versi online yang ada sekarang ini, ada banyak kesalahan (baca: ketidakjujuran) yang ditampilkan, terutama dalam hal pelafalan suatu kata.

II. PELAFALAN NAMA ‘ĬSA (‘ALAĬHIS SALĀM) DALAM BAHASA ARAM-SURYANI

Dalam Pešiṭṭā, nama ‘Ĭsa (‘alaĭhis salām) ditulis sebagai “ܝܫܘܥ”, yang terdiri dari huruf “ܝ” (Yōd), “ܫ” (Šīn), “ܘ” (Wāw), dan “ܥ” (‘E). Untuk mengetahui pelafalannya, maka kita harus terlebih dahulu mengetahui pelafalan masing-masing huruf yang menyusun nama tersebut menurut tradisi Aram-Suryani, khususnya mengenai pelafalan huruf “ܝ” (Yōd) dan “ܘ” (Wāw).

John F. Healey, Ph.D dalam bukunya berjudul “Leshono Suryoyo: First Studies in Syriac” (hlm. 8) menulis:

ܝ (y) was used to represent i (e)
ܘ (w) was used to represent ō (only preserved normally in East Syriac pronunciation) and ū (as in “moon”). The East Syriac script (see pp. 140-141) distinguishes between ܘ̣ = u and ܘ̇ = o, and these dots are sometimes imported into the West Syriac script to reflect the original pronunciation.

Terjemah:
ܝ (y) digunakan untuk mewakili i (e)
ܘ (w) digunakan untuk mewakili ō (biasanya hanya dilestarikan dalam pelafalan bahasa Suryani dialek Timur) dan ū (seperti dalam “moon”). Naskah bahasa Suryani dialek Timur (lihat halaman 140-141) membedakan antara ܘ̣ = u dan ܘ̇ = o, dan titik ini terkadang diimpor ke dalam naskah bahasa Suryani dialek Barat untuk mencerminkan pelafalan asli.

Prof. Theodore H. Robinson, Litt.D, D.D, dalam bukunya berjudul “Paradigms and Exercises in Syriac Grammar” (hlm. 11) menulis:

Of these, ܝ Yūdh was used to represent the i-sound, and ܘ Waw the u-sound ... Yūdh also sometimes represents E and Waw O.

Terjemah:
ܝ Yūdh digunakan untuk mewakili suara-i, dan ܘ Waw suara-u ... Yūdh juga terkadang mewakili E dan Waw O.

Takamitsu Muraoka, Ph.D dan Sebastian P. Brock, D.Phil dalam bukunya berjudul “Classical Syriac: A Basic Grammar with a Chrestomathy” (hlm. 2) menulis:

The letter Waw for o or u and the letter Yodh for i or e

Terjemah:
Huruf Waw untuk o atau u dan huruf Yodh untuk i atau e

Berdasarkan otoritas-otoritas di atas, dapat kita ketahui bahwa huruf ܝ” (Yōd) dalam tradisi Aram-Suryani digunakan untuk mewakili vokal “i” atau “e”. Maksudnya di sini adalah diartikulasikan secara palatal, yakni “iy” atau “ey”. Sebab, bagaimanapun juga, pelafalannya ini tetap berdasarkan karakter huruf “Yōd” itu sendiri yang merupakan jenis huruf palatal. Sedangkan huruf “ܘ” (Wāw) digunakan untuk mewakili vokal “u” atau “o”. Adapun vokal “o”, sebagaimana dikatakan John F. Healey di atas, hanya dilestarikan dalam dialek Timur. Sebaliknya, dalam dialek Barat huruf ܘ” (Wāw) divokalkan sebagai “u” (lihat perbandingan fonem vokal antara dialek Timur dan dialek Barat pada Pendahuluan). Jika diselaraskan dengan penulisan namanya dalam teks Greek, maka adalah lebih tepat jika huruf ܘ” (Wāw) diucapkan sebagai “o”. Sebab, huruf vokal setelah huruf semi vokal “σ” (Sigma) pada skrip “ιησους” ialah huruf “ο” (Omikron), bukan “υ” (Upsilon). Karena setelah huruf  “ܘ” (Wāw) dalam teks Aram-Suryani terdapat konsonan “ܥ” (‘E), maka suara “o” diucapkan dengan berhenti di faring (hulu kerongkongan).

Dengan demikian, skrip “ܝܫܘܥ” dalam bahasa Aram dialek Suryani dilafalkan sebagai Ĭšoʼ (baca: Iysyoʼ) atau Ĕšoʼ (baca: Eysyoʼ). Umumnya para pakar bahasa Aram-Suryani lebih memilih melafalkannya sebagai Ĭšo’ ketimbang Ĕšoʼ.

III. KESELARASAN PELAFALAN NAMANYA DALAM KOINE GREEK

Dalam teks Greek, nama “Yesus” ditulis sebagai “ιησους”, yang terdiri dari “ιησο” sebagai the proper name (nama diri) dan sufiks “ος” (tunggal-maskulin). Karena terjadi penggandaan vokal “ο” akibat bertemunya huruf “ο” pada the proper name “ιησο” dan huruf “ο” pada sufiks “ος”, maka rangkap vokal ini berkontraksi menjadi “ου”.

Prof. John Williams White dalam bukunya berjudul “First Greek Book” (hlm. 215) menulis:

ο + ο gives ου

Jika ditulis tanpa menuruti aturan kontraksi vokal, maka namanya dalam teks Greek berupa “ιησο-ος”.

Selanjutnya, mengenai huruf “ι” (Iota) dan “η” (Eta). Pada periode Koine Greek dan juga Modern, huruf “ι” (Iota) digunakan untuk mewakili suara “i”. Berbeda dengan pada periode Attik dimana huruf “ι” (Iota) bisa diucapkan sebagai sebagai “ī” (panjang) dan bisa juga diucapkan sebagai “i” (pendek). Sedangkan huruf “η” (Eta) pada periode Koine Greek diucapkan sebagai “ey”. Jadi, jika kita menuruti pengucapan pada periode Koine Greek, kombinasi huruf “ιη” pada skrip “ιησους” dilafalkan sebagai “iey”.

Dus, pelafalan untuk skrip “ιησο” (tanpa sufiks ος) adalah “Ieyso”. Kemungkinan pelafalan ini diambil dari pelafalan Eysyo’, dimana huruf Aram “ܝ” (Yōd) dilafalkan sebagai “ey” dengan vokal pembuka “i” secara glotal dan pendek/ringan. Berbeda dengan pelafalannya dalam bahasa Aram; dalam Koine Greek, vokal “o” pada skrip “ιησο” tidak berhenti di faring. Sebab, baik konsonan Ibrani “ע” (‘ayin) maupun konsonan Aram “ܥ” (‘E), tidak memiliki padanan dalam abjad Koine Greek.

IV. PENUTUP

Demikianlah pelafalan nama ‘Ĭsa (‘alaĭhis salām) dalam bahasa Aram-Suryani dan Koine Greek. Adapun pelafalan namanya sebagai “Yesus” tidak lain didasarkan pada translit huruf belaka, tanpa memperhatikan lagi fonologi vokalnya. Semoga bermanfaat.


Wassalāmu’alaǐkum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar