Minggu, 15 November 2015

KAJIAN HERMENEUTIKA DOKTRIN “DOSA WARIS”


ISTILAH DAN DEFINISI DOSA MENURUT BIBEL

Bibel menggunakan sejumlah istilah untuk dosa. Istilah-istilah Ibrani dan juga Aram yang digunakan untuk dosa dalam Perjanjian Lama yakni: “אָשֵׁם” (translit: ‘āšem) dari akar kata “אָשַׁם” (translit: ‘āšam); “חָטָא” (translit: ḥāṭā); “חֵטְא” (translit: ḥêṭ) dari akar kata “חָטָא” (translit: ḥāṭā); “חֲטָאָה” (translit: ḥăṭā’āh) dari akar kata “חָטָא” (translit: ḥāṭā); “חַטָּאָה” (translit: ḥaṭṭā’āh) dari akar kata “חָטָא” (translit: ḥāṭā); “חֲטֵי” (translit: ḥāṭê); “טֻמְאָה” (translit: ṭum’āh) dari akar kata “טָמֵא” (translit: ṭāmê); “יָדָה” (translit: yādāh); “עָווֹן” (translit: ‘āvōwn) dari akar kata “עָוָה” (translit: ’āwāh); “עָשָׂה” (translit: ‘āśāh); “פֶּשַׁע” (translit: peša’) dari akar kata “פָּשַׁע” (translit: pāša’); dan “שָׁגָה” (translit: šāgāh). Sedangkan istilah-istilah Koine Greek yang digunakan untuk dosa dalam Perjanjian Baru yakni: “ἁμαρτάνω” (translit: hamartanō); “ἁμάρτημα” (translit: hamartēma) dari akar kata “ἁμαρτάνω” (translit: hamartanō); “ἁμαρτία” (translit: hamartia) dari akar kata “ἁμαρτάνω” (translit: hamartanō); “ἁμαρτωλός” (translit: hamartōlos) dari akar kata “ἁμαρτάνω” (translit: hamartanō); “αυ’τός” (translit: autos); “κρατέω” (translit: krateō) dari akar kata “κράτος” (translit: kratos); “παράβασις” (translit: parabasis) dari akar kata “παραβαίνω” (translit: parabainō); “παράπτωμα” (translit: paraptōma) dari akar kata “παραπίπτω” (translit: parapiptō); “προαμαρτάνω” (translit: proamartanō) yang tersusun dari preposisi πρό (translit: pro) dan kata kerja “ἁμαρτάνω” (translit: hamartanō); “σάρξ” (translit: sarx); “σο” (translit: sou); dan “υ’μῶν” (translit: humōn).

Namun demikian, tidak semua penggunaan istilah-istilah di atas mengandung arti dosa, melainkan harus melihat konteks penggunaannya. Selain itu, tidak semua penggunaan istilah-istilah di atas diterjemahkan persis dengan kata “dosa”, tetapi ada juga yang diterjemahkan sebagai “kesalahan”, “pelanggaran”, dan sebagainya.

Jika kita membaca keseluruhan Bibel, pada hakikatnya segala pelanggaran terhadap apa yang telah ditetapkan oleh Tuhan adalah dosa.

Sebagai contoh suatu perbuatan dosa, saya ambil misalnya riwayat Bibel mengenai perzinahan Daud (Ibrani: דָוִד) dengan Batsyeba (Ibrani: בַּת־שֶׁבַע). Kisah perzinahan ini diriwayatkan dalam kitab II Samuel, berikut:

2 Samuel 11: 1-5
Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang, maka Daud menyuruh Yoab maju beserta orang-orangnya dan seluruh orang Israel. Mereka memusnahkan bani Amon dan mengepung kota Raba, sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem. Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya. Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu dan orang berkata: “Itu adalah Batsyeba binti Eliam, isteri Uria orang Het itu.” Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Perempuan itu baru selesai membersihkan diri dari kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu ke rumahnya. Lalu mengandunglah perempuan itu dan disuruhnya orang memberitahukan kepada Daud, demikian: “Aku mengandung.”

Walaupun perbuatan zina ini dilakukan sesama manusia, namun yang demikian ini adalah suatu perbuatan dosa. Sebab, Tuhan telah menetapkan dalam Taurat:

Imamat 20: 10
Bila seorang laki-laki berzinah dengan isteri orang lain, yakni berzinah dengan isteri sesamanya manusia, pastilah keduanya dihukum mati, baik laki-laki maupun perempuan yang berzinah itu.

Karenanya Tuhan mengutus Nabi Natan (Ibrani: נָתָן) untuk menegur perbuatan Daud tersebut sekaligus menyampaikan azab Tuhan yang akan ditimpakan kepadanya:

2 Samuel 12: 9-14
Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon. Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu. Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari. Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan.” Lalu berkatalah Daud kepada Natan: “Aku sudah berdosa kepada TUHAN.” Dan Natan berkata kepada Daud: “TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati. Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati.”

Daud pun akhirnya menyesali perbuatannya itu, dan ekspresi penyesalannya ini dapat kita baca lewat syair yang digubahnya dalam kitab Mazmur pasal 51. Berikut saya kutipkan sebagian syairnya:

Mazmur 51: 1-4 (51: 1-6)
Untuk pemimpin biduan. Mazmur dari Daud, ketika nabi Natan datang kepadanya setelah ia menghampiri Batsyeba. Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu. Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku.

Demikianlah di antaranya ekpresi penyesalan Daud atas pelanggarannya terhadap ketetapan Tuhan sehingga membuat dirinya berdosa; “Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa”.

KISAH TERGELINCIRNYA MANUSIA UNTUK PERTAMAKALINYA KE DALAM DOSA MENURUT RIWAYAT BIBEL

Berikut ini kutukan Tuhan kepada Adam (Ibrani: אָדָם) dan Hawa (Ibrani: חַוָּה) menurut riwayat Bibel, yang dipahami oleh Kristen sebagai awal dari “Dosa Waris” sehingga membuat segenap keturunannya terhisab pula ke dalam dosa mereka.

Kutukan kepada kaum perempuan melalui Hawa:

Kejadian 3: 16
“Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.”

Kutukan kepada kaum laki-laki melalui Adam:

Kejadian 3: 17-19
“Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.”

Tetapi jika kita cermati kutukan-kutukan di atas, sesungguhnya tidak ada kesan di dalamnya bahwa segenap keturunan mereka akan turut terhisab pula dalam dosa yang mereka perbuat. Bahkan lebih jauh lagi, kutukan-kutukan di atas merupakan hukuman yang bersifat duniawi belaka.

Meskipun berbicara mengenai subjek yang sama, namun kisah yang diriwayatkan di dalam Bibel ini berbeda jauh dengan apa yang diriwayatkan di dalam Al-Qur’ān. Di dalam Al-Qur’ān, meskipun Adam dan Siti Hawa diusir dari Jannah (Šurga) setelah memakan buah dari “pohon terlarang”, namun Allāh Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang Mengampuni dosa mereka:

Al-Qur’ān sŭrah Al-Baqaraḥ ayat 37
فَتَلَقَّىٰٓ ءَادَمُ مِن رَّبِّهِۦ كَلِمَٰتٖ فَتَابَ عَلَيۡهِۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ ٣٧

Terjemah
Maka Ādam menerima dari Tuhan-nya beberapa kalimat, lalu Dia (Allāh) Menerima taubat atasnya. Sungguh, Dia Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

Yang demikian ini adalah jawaban kasih sayang Allāh ‘Azza wa Jalla atas penyesalan mereka setelah melanggar perintah Allāh ‘Azza wa Jalla tersebut:

Al-Qur’ān sŭrah Al-A’rāf ayat 23
رَبَّنَا ظَلَمۡنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٢٣

Terjemah
“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.”

RESPON UNTUK AYAT-AYAT PERJANJIAN LAMA YANG SERINGKALI KRISTEN JADIKAN HUJJAH BAGI DOKTRIN “DOSA ASAL”

Berikut ini ayat-ayat yang umumnya dijadikan hujjah oleh Kristen untuk membuktikan eksistensi “Dosa Waris” beserta tanggapan saya:

AYAT PERTAMA

Mazmur 51: 5 (51: 7)
Teks Ibrani (diakritik)
הֵן בְּעָוֹון חֹולָלְתִּי וּבְחֵטְא יֶחֱמַתְנִי אִמִּי

Translit interlinear
Hên (lihatlah) bə’āwōwn (dalam kesalahan) ḥōwlālətî (aku dilahirkan) ūḇəḥêṭ (dan dalam dosa) yeḥĕmaṯnî (mengandungku) ‘immî (ibuku)

TB LAI
Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.

Benarkah Daud di sini bermaksud hendak mengatakan, bahwa dirinya diwarisi tabiat dosa Adam sejak dalam kandungan ?

Jika kita mengetahui silsilah nenek moyang Daud, niscaya sesungguhnya kita akan mengerti makna dari ungkapan “dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku”. Sebab memang, Daud sudah tertolak dari jemaat Tuhan sejak dari kandungan. Pertama, Daud merupakan keturunan kesembilan dari Peres:

Rut 4: 18-22
Inilah keturunan Peres: Peres memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram, Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, Salmon memperanakkan Boas, Boas memperanakkan Obed, Obed memperanakkan Isai dan Isai memperanakkan Daud.

Siapakah Peres ?

Peres, berdasarkan riwayat Bibel, merupakan anak hasil zina antara Yehuda dengan menantunya, Tamar:

Kejadian 38: 13-18
Ketika dikabarkan kepada Tamar: “Bapa mertuamu sedang di jalan ke Timna untuk menggunting bulu domba-dombanya,” maka ditanggalkannyalah pakaian kejandaannya, ia bertelekung dan berselubung, lalu pergi duduk di pintu masuk ke Enaim yang di jalan ke Timna, karena dilihatnya, bahwa Syela telah menjadi besar, dan dia tidak diberikan juga kepada Syela itu untuk menjadi isterinya. Ketika Yehuda melihat dia, disangkanyalah dia seorang perempuan sundal, karena ia menutupi mukanya. Lalu berpalinglah Yehuda mendapatkan perempuan yang di pinggir jalan itu serta berkata: “Marilah, aku mau menghampiri engkau,” sebab ia tidak tahu, bahwa perempuan itu menantunya. Tanya perempuan itu: “Apakah yang akan kauberikan kepadaku, jika engkau menghampiri aku?” Jawabnya: “Aku akan mengirimkan kepadamu seekor anak kambing dari kambing dombaku.” Kata perempuan itu: “Asal engkau memberikan tanggungannya, sampai engkau mengirimkannya kepadaku.” Tanyanya: “Apakah tanggungan yang harus kuberikan kepadamu?” Jawab perempuan itu: “Cap meteraimu serta kalungmu dan tongkat yang ada di tanganmu itu.” Lalu diberikannyalah semuanya itu kepadanya, maka ia menghampirinya. Perempuan itu mengandung dari padanya.

Kejadian 38: 27-29
Pada waktu perempuan itu hendak bersalin, nyatalah ada anak kembar dalam kandungannya. Dan ketika ia bersalin, seorang dari anak itu mengeluarkan tangannya, lalu dipegang oleh bidan, diikatnya dengan benang kirmizi serta berkata: “Inilah yang lebih dahulu keluar.” Ketika anak itu menarik tangannya kembali, keluarlah saudaranya laki-laki, dan bidan itu berkata: “Alangkah kuatnya engkau menembus ke luar,” maka anak itu dinamai Peres.

Kedua, Rut, salah seorang nenek moyang Daud, berasal dari Moab:

Rut 4: 13-17
Lalu Boas mengambil Rut dan perempuan itu menjadi isterinya dan dihampirinyalah dia. Maka atas karunia TUHAN perempuan itu mengandung, lalu melahirkan seorang anak laki-laki. Sebab itu perempuan-perempuan berkata kepada Naomi: “Terpujilah TUHAN, yang telah rela menolong engkau pada hari ini dengan seorang penebus. Termasyhurlah kiranya nama anak itu di Israel. Dan dialah yang akan menyegarkan jiwamu dan memelihara engkau pada waktu rambutmu telah putih; sebab menantumu yang mengasihi engkau telah melahirkannya, perempuan yang lebih berharga bagimu dari tujuh anak laki-laki.” Dan Naomi mengambil anak itu serta meletakkannya pada pangkuannya dan dialah yang mengasuhnya. Dan tetangga-tetangga perempuan memberi nama kepada anak itu, katanya: “Pada Naomi telah lahir seorang anak laki-laki”; lalu mereka menyebutkan namanya Obed. Dialah ayah Isai, ayah Daud.

Rut 1: 4
Keduanya mengambil perempuan Moab: yang pertama bernama Orpa, yang kedua bernama Rut; dan mereka diam di situ kira-kira sepuluh tahun lamanya.

Siapakah Moab ?

Moab, menurut riwayat Bibel, juga merupakan anak hasil zina antara Lot dengan puteri kandungnya.

Kejadian 19: 33-37
Pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu masuklah yang lebih tua untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun. Keesokan harinya berkatalah kakaknya kepada adiknya: “Tadi malam aku telah tidur dengan ayah; baiklah malam ini juga kita beri dia minum anggur; masuklah engkau untuk tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita.” Demikianlah juga pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu bangunlah yang lebih muda untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun. Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah mereka. Yang lebih tua melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Moab; dialah bapa orang Moab yang sekarang.

Demikianlah silsilah Daud, yang menurut Bibel, merupakan keturunan kesembilan dari “anak haram” (Peres) dan keturunan dari orang Moab. Sedangkan dalam Taurat jelas tertulis:

Ulangan 23: 2-3
Seorang anak haram janganlah masuk jemaah TUHAN, bahkan keturunannya yang kesepuluhpun tidak boleh masuk jemaah TUHAN. Seorang Amon atau seorang Moab janganlah masuk jemaah TUHAN, bahkan keturunannya yang kesepuluhpun tidak boleh masuk jemaah TUHAN sampai selama-lamanya

Inilah makna deklamasi Daud:

Mazmur 51: 5  (51: 7)
Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.

AYAT KEDUA

Kejadian 8: 21
Teks Ibrani (diakritik)
וַיָּרַח יהוה אֶת רֵיחַ הַנִּיחֹחַ וַיֹּאמֶר יהוה אֶל לִבֹּו לֹא אֹסִף לְקַלֵּל עֹוד אֶת הָאֲדָמָה בַּעֲבוּר הָאָדָם כִּי יֵצֶר לֵב הָאָדָם רַע מִנְּעֻרָיו וְלֹא אֹסִף עֹוד לְהַכֹּות אֶת כָּל חַי כַּאֲשֶׁר עָשִׂיתִי

Translit interlinear
Wayyāra (dan mencium) YHWH (Tuhan) ‘eṯ rêaḥ (menikmati) hannîḥōaḥ (yang menyejukkan) wayyōmer (dan berkata) YHWH (Tuhan) ‘el (kepada) libbōw (diri-Nya) lō (tidak) ‘ōsiṗ (lagi) ləqallêl (aku akan mengutuk) ‘ōwḏ (lagi) ‘eṯ hā’ăḏāmāh (bumi) kî (karena) yêṣer (niat) lêḇ (hati) hā’āḏām (manusia) ra’ (jahat) minnə’urāw (dari belianya/mudanya) wəlō (dan tidak) ‘eṯ ‘ōsiṗ (aku akan lagi) ‘ōwḏ (lagi) ləhakkōwṯ (membinasakan) ‘eṯ kāl (semua) ḥay (yang hidup) ka’ăšer (sebagaimana) ‘āśîṯî (telah Aku lakukan)

TB LAI
Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya: “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan.

Kata “dari sejak kecilnya” pada ayat di atas merupakan terjemahan dari kata Ibrani “מִנְּעֻרָיו” (translit: minnə’urāw) dari kata benda “נְּעור” (translit: nə’ur) dengan prefiks “מ” (Mem) dan sufiks “יו” (biasanya didahului dengan huruf ber-niqqud Qamatz) untuk menunjukkan orang ketiga.

Pertama, kata “nə’ur” sama sekali tidak mengandung arti usia kecil, atau usia dini, atau usia kanak-kanak, melainkan usia muda atau belia. Kedua, sufiks “יו” adalah untuk menunjukkan orang ketiga tunggal, bukan jamak. Sehingga, kata “minnə’urāw” di atas tidak mencakup semua pemuda atau belia.

Kata Ibrani yang umumnya digunakan untuk menunjuk usia yang masih dini, atau anak-anak, atau anak kecil adalah “טָף” (translit: ṭāph) Kejadian 34: 29, 43: 8, 45: 19, 46: 5, 47: 12, 47: 24, 50: 8, 50: 21; Keluaran 10: 10, 10: 24, 12: 37; Bilangan 14: 3, 14: 31, 16: 27, 31: 9, 31: 17, 31: 18, 32: 16, 32: 17, 32: 24, 32: 26; Ulangan 1: 39, 2: 34, 3: 6, 3:19, 20: 14, 29: 11, 31: 12; Yosua 1: 14, 8: 35; Hakim-hakim 18: 21, 21: 10; 2 Samuel 15: 22; 2 Tawarikh 20: 13, 31: 18; Ezra 8: 21; Ester 3: 13, 8: 11; Yeremia 40: 7, 41: 16, 43: 6; dan Yehezkiel 9: 6.

Ada juga kata Ibrani lainnya untuk menunjuk usia kanak-kanak atau dini, seperti kata “נַעַר” (translit: na’ar), namun demikian harus melihat konteks penggunaannya.

Dari 47 kali penggunaannya, memang ada di beberapa ayat dimana LAI menerjemahkan kata “nə’ur” sebagai “kecil” untuk menunjukkan usia yang masih diri. Namun jika mencermati konteks penggunaannya, sesungguhnya maknanya tidaklah demikian.

AYAT KETIGA

Ayub 15: 14
Teks Ibrani (diakritik)
מָה אֱנֹושׁ כִּי יִזְכֶּה וְכִי יִצְדַּק יְלוּד אִשָּׁה

Translit interlinear
Māh (apakah) ‘ĕnōwōš (manusia) kî yizkeh (maka dia sempurna/tanpa cela) wəḵî yiṣdaq (dan maka dia benar) yəlūḏ (yang lahir) ‘iššāh (dari seorang perempuan)

TB
Masakan manusia bersih, masakan benar yang lahir dari perempuan?

Konteks ayat ini sama sekali tidak bermaksud mengatakan bahwa setiap yang dilahirkan dari perempuan itu berlumur dosa atau mewarisi tabiat dosa. Subjek deklamasi Ayub ini adalah berbicara mengenai orang-orang yang fasik. Perhatikan ayat sebelumnya, berikut:

Ayub 15: 4
Lagipula engkau melenyapkan rasa takut dan mengurangi rasa hormat kepada Allah.

Ayub 15: 12-13
Mengapa engkau dihanyutkan oleh perasaan hatimu dan mengapa matamu menyala-nyala, sehingga engkau memalingkan hatimu menentang Allah, dan mulutmu mengeluarkan perkataan serupa itu?

Perhatikan pula ayat-ayat setelahnya:

Ayub 15: 20
Orang fasik menggeletar sepanjang hidupnya, demikian juga orang lalim selama tahun-tahun yang disediakan baginya.

Ayub 15: 25
Karena ia telah mengedangkan tangannya melawan Allah dan berani menantang Yang Mahakuasa

Ayub 15: 34
Karena kawanan orang-orang fasik tidak berhasil, dan api memakan habis kemah-kemah orang yang makan suap.

Kepongahan orang-orang fasik yang tidak takut akan Allah, sehingga menentang dan bahkan menantang Yang Maha Kuasa, telah mendorong Ayub melontarkan pertanyaan retorika:

Ayub 15: 14
Masakan manusia bersih, masakan benar yang lahir dari perempuan?

Dengan kata lain, Ayub ingin mengatakan bahwa tidaklah semestinya manusia itu pongah kepada Allah karena manusia itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang demikian ini sejalan dengan deklamasi Ayub yang terdapat dalam pasal 25, berikut:

Ayub 25: 4-6
Bagaimana manusia benar di hadapan Allah, dan bagaimana orang yang dilahirkan perempuan itu bersih? Sesungguhnya, bahkan bulanpun tidak terang dan bintang-bintangpun tidak cerah di mata-Nya. Lebih-lebih lagi manusia, yang adalah berenga, anak manusia, yang adalah ulat !”

Demikianlah setiap orang yang dilahirkan perempuan, tidaklah bersih di hadapan Allah. Bahkan manusia diibaratkan sebagai “berenga”, dan anak manusia diibaratkan sebagai “ulat” betapa tidak ada apa-apanya di hadapan Allah.

Selain itu, bisa jadi ungkapan “masakan manusia bersih, masakan benar yang lahir dari perempuan” di sini terkait dengan kenajisan yang dialami perempuan setelah melahirkan. Sebab, di dalam Taurat kita membaca:

Imamat 12: 1-5
TUHAN berfirman kepada Musa, demikian: “Katakanlah kepada orang Israel: Apabila seorang perempuan bersalin dan melahirkan anak laki-laki, maka najislah ia selama tujuh hari. Sama seperti pada hari-hari ia bercemar kain ia najis. Dan pada hari yang kedelapan haruslah dikerat daging kulit khatan anak itu. Selanjutnya tiga puluh tiga hari lamanya perempuan itu harus tinggal menantikan pentahiran dari darah nifas, tidak boleh ia kena kepada sesuatu apapun yang kudus dan tidak boleh ia masuk ke tempat kudus, sampai sudah genap hari-hari pentahirannya. Tetapi jikalau ia melahirkan anak perempuan, maka najislah ia selama dua minggu, sama seperti pada waktu ia bercemar kain; selanjutnya enam puluh enam hari lamanya ia harus tinggal menantikan pentahiran dari darah nifas.

Karenanya, bisa jadi pertanyaan retorika Ayub 15: 14 juga terkait dengan kenajisan yang dialami perempuan setelah bersalin atau melahirkan.

Perhatikan pula ayat setelah Ayub 15: 14, berikut:

Ayub 15: 15
Sesungguhnya, para suci-Nya tidak dipercayai-Nya, seluruh langitpun tidak bersih pada pandangan-Nya

Apakah langit turut menanggung tabiat dosa yang dilakukan oleh Adam dan isterinya ? Tentu tidak, bukan ?! Ayat di atas semakin jelas menunjukkan bahwa kata “bersih” dalam konteks ayat ini, baik kata Ibrani “זָכָה” (translit: zākāh) maupun “זָכַך” (translit: zākak), tidak digunakan dengan maksud bersih dari dosa. Adapun kata Ibrani yang umumnya digunakan untuk menunjukkan bersih dari dosa adalah “טָהֵר” (translit: tāhêr) dalam berbagai bentuk katanya.

AYAT KEEMPAT

Mazmur 58: 3 (58: 4)
Teks Ibrani (diakritik)
זֹרוּ רְשָׁעִים מֵרָחֶם תָּעוּ מִבֶּטֶן דֹּבְרֵי כָזָב

Translit interlinear
Zōrū (mereka yang menyimpang) rəšā’îm (orang-orang jahat) mêrāḥem (dari rahim/kandungan/lahir) tā’ū (mereka yang sesat) mibbeṭen (dari kandungan) dōḇərê (berbicara) ḵāzāḇ (berbohong/berdusta)

TB
Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat.

Dari kalimatnya sudah jelas, bahwa yang dikatakan sudah sesat dari kandungan di sini adalah pendusta, bukan semua orang. Dan tidak semua orang itu pendusta, tetapi ada orang benar (Ṣaddîq) selainnya, sebagaimana dikatakan dalam ayat selanjutnya:

Mazmur 58: 10 (58: 11)
Orang benar itu akan bersukacita, sebab ia memandang pembalasan, ia akan membasuh kakinya dalam darah orang fasik.

AYAT KELIMA

Yesaya 48: 8
Teks Ibrani (diakritik)
גַּם לֹא שָׁמַעְתָּ גַּם לֹא יָדַעְתָּ גַּם מֵאָז לֹא פִתְּחָה אָזְנֶךָ כִּי יָדַעְתִּי בָּגֹוד תִּבְגֹּוד וּפֹשֵׁעַ מִבֶּטֶן קֹרָא לָךְ

Translit interlinear
Gam (juga) lō (tidak) šāma’tā (engkau dengarkan) gam (juga) lō (tidak) yāḏa’tā (engkau ketahui) gam (juga) mê’āz (dari/sejak lalu) lō (tidak) ṗittəḥāh (bukakan) ‘āzəneḵā (telingamu) kî (karena) yāḏa’tî (Aku tahu) bāḡōwḏ tiḇgōwḏ (kamu akan berkhianat dengan sangat licik) ūṗōšêa’ (dan melanggar) mibbeṭen (dari kandungan) qōrā laḵ (disebut)

TB
Engkau tidak mendengarnya ataupun mengetahuinya, juga telingamu tidak terbuka dari sejak dahulu; tetapi Aku telah mengetahui, bahwa engkau berbuat khianat sekeji-kejinya, dan bahwa orang menyebutkan engkau: pemberontak sejak dari kandungan.

Sama seperti kasus Mazmur 58: 3 (58: 4), Kristen telah mengeneralisir yang disebut “pemberontak sejak dari kandungan” pada ayat di atas. Padahal, konteks ayat ini berbicara tentang orang-orang Israel:

Yesaya 48: 1
Dengarlah firman ini, hai kaum keturunan Yakub, yang menyebutkan dirinya dengan nama Israel dan yang adalah keturunan Yehuda, yang bersumpah demi nama TUHAN dan mengakui Allah Israel -- tetapi bukan dengan sungguh-sungguh dan dengan tulus hati

Sudah begitu banyak rahmat yang telah dicurahkan Tuhan kepada orang-orang Israel dari sejak dari nenek moyang mereka, Yakub. Dan walaupun mereka seringkali berpaling kepada berhala, namun Tuhan masih menahan murka-Nya:

Yesaya 48: 9
Oleh karena nama-Ku Aku menahan amarah-Ku dan oleh karena kemasyhuran-Ku Aku mengasihani engkau, sehingga Aku tidak melenyapkan engkau.

Namun demikianlah orang-orang Israel yang terkenal sebagai bangsa yang tegar tengkuk, keras kepala, dan kepala batu:

Yesaya 48: 4
Oleh karena Aku tahu, bahwa engkau tegar tengkuk, keras kepala dan berkepala batu

Yang demikian ini sudah menjadi tabiat orang-orang Israel. Karenanya dikatakan:

Yesaya 48: 8
Engkau tidak mendengarnya ataupun mengetahuinya, juga telingamu tidak terbuka dari sejak dahulu; tetapi Aku telah mengetahui, bahwa engkau berbuat khianat sekeji-kejinya, dan bahwa orang menyebutkan engkau: pemberontak sejak dari kandungan.

Jadi, yang disebut sebagai “pemberontak sejak dari kandungan” di sini adalah orang-orang Israel, bukan seluruh umat manusia. Lagi pula, jika mengacu kepada terjemahan Yesaya 48: 8, yang menyebut mereka sebagai “pemberontak sejak dari kandungan” bukanlah Tuhan, melainkan orang lain.

AYAT KELIMA

1 Raja-raja 8: 46 dan 2 Tawarikh 6: 36
Teks Ibrani (diakritik)
כִּי יֶחֶטְאוּ לָךְ כִּי אֵין אָדָם אֲשֶׁר לֹא יֶחֱטָא וְאָנַפְתָּ בָם וּנְתַתָּם לִפְנֵי אֹויֵב וְשָׁבוּם שֹׁובֵיהֶם אֶל אֶרֶץ רְחֹוקָה אֹו קְרֹובָה

Translit interlinear
Kî (karena) yeḥeṭ’ū (mereka berdosa) lāḵ kî (karena) ‘ên (tidak) ‘āḏām (manusia) ‘āšer (yang) lō (tidak) yeḥĕṭā (mereka berdosa) wə’ānaṗtā (dan Engkau murka) ḇām ūnəṯattām (dan menyerahkan mereka) liṗnê (ke hadapan) ‘ōwyêḇ (musuh) wəšāḇūm šōwḇêhem (dan diangkut mereka ditawan) ‘el (ke) ‘ereṣ (negeri) rəḥōwqāh (yang jauh) ‘ōw (atau) qərōwḇāh (yang dekat)

TB
Apabila mereka berdosa kepada-Mu – karena tidak ada manusia yang tidak berdosa – dan Engkau murka kepada mereka dan menyerahkan mereka kepada musuh, sehingga mereka diangkut tertawan ke negeri yang jauh atau yang dekat

Sebagai makhluk yang tidak sempurna, maka adalah keniscayaan bahwa manusia tidak akan luput dari khilaf. Inilah makna ungkapan “tidak ada manusia yang tidak berdosa”. Namun pada ayat sebelum dan sesudahnya, kita membaca bahwa Salomo memanjatkan doa berikut:

2 Tawarikh 6: 21 dan 1 Raja-raja 8: 30
Dan dengarkanlah permohonan hamba-Mu dan umat-Mu Israel yang mereka panjatkan di tempat ini; bahwa Engkau juga yang mendengarnya dari tempat kediaman-Mu, dari sorga; dan apabila Engkau mendengarnya, maka Engkau akan mengampuni.

2 Tawarikh 6: 23 dan 1 Raja-raja 8: 32
maka Engkaupun hendaklah mendengar dari sorga dan bertindak serta mengadili hamba-hamba-Mu, yakni membalas perbuatan orang bersalah dengan menanggungkannya kepada orang itu sendiri, tetapi membenarkan orang yang benar dengan membalaskan kepadanya sesuai dengan kebenarannya.

2 Tawarikh 6: 25-27 dan 1 Raja-raja 8: 34-36
maka Engkaupun kiranya mendengar dari sorga dan mengampuni dosa umat-Mu Israel dan mengembalikan mereka ke tanah yang telah Kauberikan kepada mereka dan nenek moyang mereka. Apabila langit tertutup, sehingga tidak ada hujan, sebab mereka berdosa kepada-Mu, lalu mereka berdoa di tempat ini dan mengakui nama-Mu dan mereka berbalik dari dosanya, sebab Engkau telah menindas mereka, maka Engkaupun kiranya mendengarkannya di sorga dan mengampuni dosa hamba-hamba-Mu, umat-Mu Israel, – karena Engkaulah yang menunjukkan kepada mereka jalan yang baik yang harus mereka jalani – dan Engkau kiranya memberikan hujan kepada tanah-Mu yang telah Kauberikan kepada umat-Mu menjadi milik pusaka.

2 Tawarikh 6: 30 dan 1 Raja-raja 8: 39
maka Engkaupun kiranya mendengar dari sorga, tempat kediaman-Mu yang tetap, dan kiranya Engkau mengampuni, dan membalas kepada setiap orang sesuai dengan segala perbuatannya, karena Engkau mengenal hatinya – sebab Engkau sajalah yang mengenal hati anak-anak manusia

2 Tawarikh 6: 39
maka Engkau kiranya mendengarkan dari sorga, dari tempat kediaman-Mu yang tetap, kepada doa dan segala permohonan mereka dan kiranya Engkau memberikan keadilan kepada mereka, dan Engkau kiranya mengampuni umat-Mu yang telah berdosa kepada-Mu.

1 Raja-raja 8: 50
Engkau kiranya mengampuni umat-Mu yang telah berdosa kepada-Mu, mengampuni segala pelanggaran yang dilakukan mereka kepada-Mu, dan kiranya Engkau membuat mereka menjadi kesayangan orang-orang yang mengangkut mereka tertawan, sehingga orang-orang itu menyayangi mereka

Dan inilah jawaban Tuhan atas doa yang dipanjatkan oleh Salomo:

2 Tawarikh 7: 12-14
“Telah Kudengar doamu dan telah Kupilih tempat ini bagi-Ku sebagai rumah persembahan. Bilamana Aku menutup langit, sehingga tidak ada hujan, dan bilamana Aku menyuruh belalang memakan habis hasil bumi, dan bilamana Aku melepaskan penyakit sampar di antara umat-Ku, dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.

Demikianlah Tuhan yang menjawab do’a hamba-Nya dan mengampuni dosa umat-Nya, tanpa harus berinkarnasi menjadi manusia dan turun ke bumi menumbalkan diri-Nya, sebagaimana yang diklaim oleh pihak Kristen. Salomo dengan sangat jelas membantah konsep turunnya Allah ke bumi. Dalam pasal yang sama kita membaca:

2 Tawarikh 6: 18 dan 1 Raja-raja 8: 27
Tetapi benarkah Allah hendak diam bersama dengan manusia di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langitpun tidaklah dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan ini.

AYAT KEENAM

Amsal 20: 9
Teks Ibrani (diakritik)
מִי יֹאמַר זִכִּיתִי לִבִּי טָהַרְתִּי מֵחַטָּאתִי

Translit interlinear
Mî (siapakah) yōmar (dia dapat berkata) zikkîṯî (aku membersihkan) libbî (hatiku) ṭāhartî (aku tahir) mêḥaṭṭāṯî (dari dosaku)

TB
Siapakah dapat berkata: “Aku telah membersihkan hatiku, aku tahir dari pada dosaku?”

Jika kita mencermati konteks ayat ini, sesungguhnya sangat jauh dari maksud untuk mengatakan bahwa tiada seorangpun yang tahir dari dosa. Perhatikan ayat-ayat sebelumnya:

Amsal 20: 6-8
Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya? Orang benar yang bersih kelakuannya – berbahagialah keturunannya. Raja yang bersemayam di atas kursi pengadilan dapat mengetahui segala yang jahat dengan matanya.

Perhatikan pula ayat-ayat sesudahnya:

Amsal 20: 11
Anak-anakpun sudah dapat dikenal dari pada perbuatannya, apakah bersih dan jujur kelakuannya.

Amsal 20: 26-27
Raja yang bijak dapat mengenal orang-orang fasik, dan menggilas mereka berulang-ulang. Roh manusia adalah pelita TUHAN, yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya.

Perhatikanlah ayat-ayat yang saya kutip di atas. Jika kita mencermati konteksnya, pertanyaan retorika yang dilontarkan di Amsal 20: 9 mengandung makna bahwa hanya Tuhan (diumpamakan dengan istilah “Raja” dalam konteks ini) sajalah yang tahu apakah seseorang telah bersih hatinya atau belum, dan telah tahir dari dosanya atau belum. Karenanya, tidak patut bagi seseorang manusia dengan pongah mengklaim dirinya, “Aku telah membersihkan hatiku, aku tahir dari pada dosaku?”.

AYAT KETUJUH

Pengkotbah 7: 20
Teks Ibrani (diakritik)
כִּי אָדָם אֵין צַדִּיק בָּאָרֶץ אֲשֶׁר יַעֲשֶׂה טֹּוב וְלֹא יֶחֱטָא

Translit interlinear
Kî (karena) ‘āḏām (manusia) ‘ên (tiada) ṣaddîq (yang saleh) bā’āreṣ (di bumi) ‘āšer (yang) ya’ăśeh (dia berbuat) ṭōwḇ (baik) wəlō (dan tidak) yeḥĕṭā (dia berbuat berdosa)

TB
Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!

Jika mengacu kepada terminologi Kristen mengenai dosa, kata kerja “berbuat dosa” (yeḥĕṭā) di atas justru menjelaskan mengenai apa yang mereka namakan “dosa pribadi”. Sebagaiman telah saya katakan di atas; sebagai makhluk yang tidak sempurna, maka adalah keniscayaan bahwa manusia tidak akan luput dari khilaf. Namun dosa ini bukan timbul dari tabiat warisan akibat kejatuhan Adam dan isterinya ke dalam dosa pada peristiwa di Taman Eden – karena bagaimanapun tidak ada satupun dalil yang menyatakan demikian – melainkan timbul dari ketidaksengajaan (khilaf) ataupun juga timbul sebagai pilihan kita sebagai makhluk yang diberi kehendak bebas (freewill).

Menarik jika kita melihat terjemahan ayat ini menurut TB LAI, dimana terdapat tanda baca titik dua (:) atau “colon” antara kata “orang yang saleh” dan kalimat “yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa”. Jika kita mengacu pada fungsinya, tanda baca ini ditambahkan untuk menunjukkan bahwa penjelasan atau definisi mengenai “orang yang saleh” terdapat setelah tanda baca tersebut orang “yang saleh itu adalah orang yang berbuat baik dan tidak pernah berbuat dosa.” Dengan kata lain, setiap orang yang saleh pastilah orang yang berbuat baik dan tidak pernah berbuat dosa.

Benarkah “orang yang saleh” itu tiada sama sekali menurut Bibel ?

Kata “orang yang saleh” adalah terjemahan dari kata Ibrani “צַדִּיק” (translit: ṣaddîq). Dan Bibel sendiri mencatat keberadaan orang-orang yang “ṣaddîq”, diantaranya ayat berikut:


Kejadian 6: 9
Teks Ibrani (diakritik)
אֵלֶּה תֹּולְדֹת נֹחַ נֹחַ אִישׁ צַדִּיק תָּמִים הָיָה בְּדֹרֹתָיו אֶת הָאֱלֹהִים הִתְהַלֶּךְ נֹחַ

Translit intelinear
‘Êleh (Inilah) tōwlḏōṯ (generasi) Nōaḥ (Nuh) Nōaḥ (Nuh) ‘îš (seorang) ṣaddîq (yang benar) tāmîm (sangat tak bercela) hāyāh (adalah) bəḏōrōṯāw (di antara otang-orang seangkatannya) ‘eṯ (dengan) hā ‘Ĕlōhîm (Allah) hiṯhalleḵ (berjalan) Nōaḥ (Nuh)

TB
Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar (ṣaddîq) dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.

Jadi, Nuh sendiri juga adalah orang yang “ṣaddîq”, yang jika mengacu pada penjelasan dalam Pengkotbah 7: 20, adalah orang yang berbuat baik dan tidak pernah berbuat dosa. Dan memang dikatakan di situ bahwa Nuh adalah seorang yang “tidak bercela” (tāmîm). Selain ayat di atas, ada banyak sesungguhnya riwayat lainnya di dalam Bibel yang menunjukkan eksistensi orang-orang “ṣaddîq”. Karenanya, ucapan-ucapan hikmat dalam Pengkotbah 7: 20 tidak dapat kita artikan secara harfiah. Lebih dari itu, sekalipun manusia berbuat dosa, namun Tuhan Yang Maha Pengampun akan mengampuni dosa-dosa umat-Nya dengan jalan pertobatan sebagai tebusannya.

MENGENAI SURAH MARYAM AYAT 71

Di satu sisi, Kristen membuat pernyataan bahwa Muslim telah melontarkan “tuduhan” terhadap mereka, namun di sisi lain sesungguhnya merekalah yang membuat “tuduhan” kepada Muslim. Untuk mencari pembenaran akan doktrin “Dosa Waris”, Kristen mengatakan bahwa setiap orang pasti masuk neraka dengan merujuk ayat berikut:

Al-Qur’ān sŭrah Maryam ayat 71
وَإِن مِّنكُمۡ إِلَّا وَارِدُهَاۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتۡمٗا مَّقۡضِيّٗا ٧١

Terjemah
Dan tidak dari kalian melainkan mendatanginya (neraka). Hal itu bagi Tuhan kalian adalah kepastian yang sudah Ditetapkan.

Kata “al-Wurūd” (mendatangi) di sini bukan berarti semua orang akan mendapat siksa neraka. Kelanjutan dari naṣ di atas, yang diabaikan oleh pihak Kristen adalah:

Al-Qur’ān sŭrah Maryam ayat 72
ثُمَّ نُنَجِّي ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّنَذَرُ ٱلظَّٰلِمِينَ فِيهَا جِثِيّٗا ٧٢

Terjemah
Kemudian Kami akan Menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan Kami Membiarkan orang-orang yang zhālim di dalamnya dalam keadaan berlutut.

Dus, sekalipun setiap orang akan “mendatangi” neraka, namun tidak semuanya akan masuk ke dalamnya, melainkan orang-orang yang zhālim saja.

TUHAN MAHA PENGAMPUN

Kristen berpandangan, bahwa dalam setiap pengampunan ada harga yang harus dibayar, yang menuntut suatu penebusan. Menurut mereka, Tuhan memang berkuasa mengampuni kita di setiap waktu, namun dosa kita tidak bisa diampuni begitu saja. Buntut dari pemahaman mengenai pengampunan ini, Kristen berasumsi bahwa dikarenakan manusia tidak mungkin bisa membayar penebusan dosa yang dilakukan, maka diperlukan pertolongan dan kekuatan dari luar sebagai penebus, yakni Tuhan itu sendiri. Analoginya seperti berikut:

Presiden memberlakukan berbagai jenis hukuman sebagai penebusan bagi para pelaku kejahatan di negaranya menurut kadar dan tingkat kejahatannya. Namun, karena alasan rakyatnya tidak mungkin mampu menanggung hukuman yang telah diberlakukan mengingat tiada seorangpun yang tidak berbuat kejahatan, maka Presiden itu sendiri yang menjadi penebus kejahatan yang dilakukan oleh rakyatnya, untuk kemudian semua kejahatan yang dilakukan oleh rakyatnya baik yang lalu maupun yang akan datang dianggap telah terampuni dengan hanya mengimani bahwa Presiden mereka telah menebus seluruh kejahatan mereka. Katakanlah bagi para pelaku pembunuhan berencana diberlakukan hukuman mati. Maka, ketika terjadi pembunuhan berencana, yang dihukum mati adalah Presiden.”

Demikianlah kurang lebih ilustrasi pemahaman Kristen mengenai dosa, penebusan, dan pengampunan jika dianalogikan dalam kehidupan penegakan hukum suatu negara. Kita tidak perlu dibingungkan dengan pemahaman Kristen ini. Adalah lebih baik bagi kita untuk merujuknya langsung kepada apa yang dikatakan Bibel.

Dalam kitab Bilangan pasal 14 kita membaca permohonan Musa kepada Tuhan agar mengampuni kesalahan bangsa Israel yang “tegar tengkuk”:

Bilangan 14: 19-20
Ampunilah kiranya kesalahan bangsa ini sesuai dengan kebesaran kasih setia-Mu, seperti Engkau telah mengampuni bangsa ini mulai dari Mesir sampai ke mari.” Berfirmanlah TUHAN: “Aku mengampuninya sesuai dengan permintaanmu.

Demikian Tuhan Yang Maha Pengampun mengampuni kesalahan (la’ăwōn) bangsa Israel tanpa harus turun ke bumi menjadi “Penebus” kesalahan mereka.

Dalam kitab 2 Tawarikh kita membaca firman Tuhan kepada Salomo:

2 Tawarikh 7: 14
dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.

Di situ jelas Tuhan berfirman bahwa umat-Nya, yang merendahkan diri kepada-Nya; berdoa dan mencari wajah-Nya; berpaling dari kejahatan, niscaya akan diampuni dosanya.

Dalam kitab Mazmur pasal 78 kita membaca:

Mazmur 78: 38
Tetapi Ia bersifat penyayang, Ia mengampuni kesalahan mereka dan tidak memusnahkan mereka; banyak kali Ia menahan murka-Nya dan tidak membangkitkan segenap amarah-Nya.

Demikianlah “Maśkîl lə-‘Āsāṗ” mengenai kisah “tegar tengkuk” orang-orang Israel terdahulu, yang walaupun mereka pendurhaka, pemberontak, tidak tetap hatinya dan tidak setia jiwanya kepada Allah; tidak berpegang pada perjanjian Allah dan enggan hidup menurut Taurat-Nya; melupakan pekerjaan-pekerjaan dan perbuatan-perbuatan-Nya; terus berbuat dosa walaupun Allah telah melakukan keajaiban-keajaiban bagi mereka (baca ayat-ayat sebelumnya); namun Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang masih mengampuni kesalahan (‘āwōn) mereka.

Juga dalam pasal lainnya, masih di kitab Mazmur, kita membaca:

Mazmur 85: 1-2 (85: 1-3)
Untuk pemimpin biduan. Mazmur bani Korah. Engkau telah berkenan kepada tanah-Mu, ya TUHAN, telah memulihkan keadaan Yakub. Engkau telah mengampuni kesalahan umat-Mu, telah menutupi segala dosa mereka. Sela

Ayat ini terkait dengan Bilangan 14: 19-20 dan Mazmur 78: 38 yang telah saya kutip di atas.

Juga di dalam kitab Yeremia, kita membaca firman Tuhan mengenai kaum Yehuda:

Yeremia 36: 3
Mungkin apabila kaum Yehuda mendengar tentang segala malapetaka yang Aku rancangkan hendak mendatangkannya kepada mereka, maka mereka masing-masing akan bertobat dari tingkah langkahnya yang jahat itu, sehingga Aku mengampuni kesalahan dan dosa mereka.”

Demikianlah difirmankan Tuhan, bahwa Dia mengampuni dosa umat-Nya jika mereka bertobat. Inilah tebusan dosa, yakni pertobatan ! Tidak terkecuali bagi orang-orang fasik dan orang-orang jahat, yang apabila mereka meninggalkan jalan kefasikannya (bagi orang-orang fasik) atau meninggalkan rancangan kejahatannya (bagi orang-orang jahat); maka sungguh, Tuhan Yang Maha Pengampun akan mengampuni dosa-dosa mereka, sebagaimana diserukan dalam kitab Yesaya berikut ini:

Yesaya 55: 7-8
Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya. Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.

Demikianlah rancangan Tuhan, bukanlah rancangan kita. Apa yang kita pahami sebagai keadilan belum tentu di mata Tuhan demikian. Karenanya, tidaklah patut bagi kita memaksakan standar keadilan manusia untuk memahami keadilan Tuhan yang telah dirancang-Nya.

PENEBUS DOSA ADALAH PELAKU DOSA ITU SENDIRI

Sesungguhnya ada banyak ayat di dalam Bibel yang menunjukkan betapa tidak dibenarkan penebusan suatu dosa dilakukan oleh orang yang bukan melakukan dosa itu sendiri. Berikut saya cuplikkan di antara ayat-ayatnya:

Ulangan 24: 16
Janganlah ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah juga anak dihukum mati karena ayahnya; setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri.

Yehezkiel 18: 4
Sungguh, semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati.

Yehezkiel 18: 20
Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.

Yeremia 31: 29-30
Pada waktu itu orang tidak akan berkata lagi: Ayah-ayah makan buah mentah, dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu, melainkan: Setiap orang akan mati karena kesalahannya sendiri; setiap manusia yang makan buah mentah, giginya sendiri menjadi ngilu.

Bandingkan:

Al-Qur’ān sŭrah Al-An’ām ayat 164
قُلۡ أَغَيۡرَ ٱللَّهِ أَبۡغِي رَبّٗا وَهُوَ رَبُّ كُلِّ شَيۡءٖۚ وَلَا تَكۡسِبُ كُلُّ نَفۡسٍ إِلَّا عَلَيۡهَاۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٞ وِزۡرَ أُخۡرَىٰۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُم مَّرۡجِعُكُمۡ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ ١٦٤

Terjemah
Katakanlah: “Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allāh, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan.”

Umumnya orang-orang Kristen akan menganggap ayat-ayat Perjanjian Lama di atas tidak ada kaitannya dengan konsep “Penebusan Dosa” yang mereka imani. Sebab, menurut mereka, ayat-ayat di atas berbicara mengenai apa yang mereka namakan sebagai “Dosa Pribadi”. Sedangkan konsep “Penebusan Dosa” dalam keimanan Kristen adalah terkait dengan apa yang mereka namakan sebagai “Natur Dosa” atau lebih populernya disebut sebagai “Dosa Waris”, yang karenanya manusia memiliki tabiat dosa sehingga memiliki kecenderungan berbuat “Dosa Pribadi”.

Namun yang demikian ini hanyalah untuk mengalihkan kita kepada pemahaman yang sempit. Sesungguhnya esensi dari ayat-ayat di atas adalah bahwa, tidak dibenarkan menghukum seseorang karena dosa atau kesalahan yang diperbuat oleh orang lain, melainkan orang yang berbuat dosa itu sendirilah yang harus dihukum. Karena dosa yang diperbuat tidaklah muncul dari tabiat orang yang tidak berdosa, melainkan muncul dari tabiat orang yang berbuat dosa itu sendiri.

Jika suatu perbuatan dosa dilakukan secara sengaja, maka yang demikian itu bukan disebabkan karena tabiat kita yang sudah berdosa sejak lahir akibat warisan dosa Adam dan isterinya, melainkan karena kita memang makhluk yang memiliki kehendak bebas (freewill). Sehingga, perbuatan dosa disengaja merupakan pilihan kita sendiri. Sedangkan jika suatu perbuatan dosa dilakukan secara tidak sengaja, maka yang demikian ini adalah kekhilafan kita sebagai makhluk yang tidak sempurna. Sebab, kesempurnaan hanya milik Allah:

Injil Markus 10: 18 dan Injil Lukas 18: 19
Jawab Yesus: “Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.

YESUS MENGHAPUS DOSA DUNIA ?

Salah satu ayat populer dari Injil yang sering dikutip oleh Kristen untuk membenarkan “Penebusan Dosa dalam darah Yesus” adalah sebagai berikut:

Injil Yohanes 1: 29
Teks Greek dan translit
Ἵδε (Ide) ὁ (ho) Ἀμνὸς (Amnos) τοῦ (tou) Θεοῦ (Theou) ὁ (ho) αἵρων (airōn) τὴν (tēn) ἁμαρτίαν (hamartian) τοῦ (tou) κόσμου (kosmou)

Translit interlinear
Ide (lihatlah) ho Amnos (domba) tou Theou (Allah) ho airōn (yang mengangkat) tēn hamartian (dosa) tou kosmou (dunia)

TB
"Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.

Yang harus kita insyafi adalah bahwa gelar “ho Amnos tou Theou” atau “anak domba Allah” yang disematkan kepada Yesus oleh Yohanes Pembaptis tidak berarti bermakna bahwa Yesus adalah orang yang akan dikorbankan bagi penebusan dosa, sebagaimana dimaknai oleh sebagian Kristen. Pertama-tama, marilah kita renungkan sabda Yesus kepada orang-orang Yahudi berikut ini:

Injil Yohanes 8: 42-44
“Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku. Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.

Kita tahu bahwa orang-orang Yahudi berniat untuk membunuh Yesus. Karenanya mereka tidak layak disebut sebagai “anak-anak Allah”. Sebab jika mereka itu “anak-anak Allah”, tentunya mereka akan mengasihi Yesus. Namun demikianlah sudah menjadi tabiat orang-orang Yahudi, sebagaimana dikatakan Yesus, bahwa mereka menuruti keinginan Iblis, yang memang adalah pembunuh manusia sejak dari semula. Dengan kata lain, penyaliban Yesus bukanlah kehendak Allah, melainkan keinginan Iblis melalui “anak-anaknya”, yakni orang-orang Yahudi.

Kedua, prilaku Yesus menjelang penangkapan atas dirinya sama sekali jauh dari kesan bahwa penyaliban atas dirinya adalah pengorbanan yang sudah direncanakan dan disepakati. Perhatikan prilaku dan ucapan-ucapan Yesus saat berada di taman Getsemani berikut ini:

Injil Matius 26: 36-44
Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa.” Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, lalu kata-Nya kepada mereka: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!” Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat. Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga.

Injil Markus 14: 32-39
Lalu sampailah Yesus dan murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Kata Yesus kepada murid-murid-Nya: “Duduklah di sini, sementara Aku berdoa.” Dan Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes serta-Nya. Ia sangat takut dan gentar, lalu kata-Nya kepada mereka: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah.” Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu dari pada-Nya. Kata-Nya: “Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.” Setelah itu Ia datang kembali, dan mendapati ketiganya sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: “Simon, sedang tidurkah engkau? Tidakkah engkau sanggup berjaga-jaga satu jam? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.” Lalu Ia pergi lagi dan mengucapkan doa yang itu juga.

Prilaku Yesus di atas jelas menunjukkan betapa dirinya sangat menginginkan agar kiranya terhindar dari rencana penyaliban yang telah dinubuatkan kepadanya. Model “pengorbanan” yang demikian ini tentunya sangat jauh dari sikap kesatria seperti yang ditunjukkan oleh para Samurai (Bushi) Jepang saat hendak melakukan ritual “Seppuku” atau “Harakiri”.

Ketiga, pengorbanan Yesus sebagai “penebus dosa” dunia akan bertentangan dengan misi pengutusan dirinya:

Injil Matius 5: 17-18
“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

Sedangkan di dalam Taurat dan kitab para Nabi jelas tertulis:

Ulangan 24: 16
Janganlah ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah juga anak dihukum mati karena ayahnya; setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri.

Yehezkiel 18: 4
Sungguh, semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati.

Yehezkiel 18: 20
Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.

Yeremia 31: 29-30
Pada waktu itu orang tidak akan berkata lagi: Ayah-ayah makan buah mentah, dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu, melainkan: Setiap orang akan mati karena kesalahannya sendiri; setiap manusia yang makan buah mentah, giginya sendiri menjadi ngilu.

Karenanya, istilah “anak domba Allah” dalam Injil Yohanes 1: 29 tidaklah mengandung makna bahwa Yesus adalah orang yang akan dikorbankan bagi penebusan dosa. Makna dari istilah “anak domba Allah” dalam Injil Yohanes 1: 29 dan juga 1: 36 tidak lain adalah terkait statusnya sebagai utusan Allah (“Bapa”); bahwa segala yang dilakukan Yesus dibawah tuntunan Allah sebagai “Gembala” baginya, sebagaimana halnya Daud yang juga “digembala” oleh Tuhan:

Mazmur 23: 1
Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.

Selanjutnya, masih mengenai Injil Yohanes 1: 29, yakni kata “yang menghapus dosa” atau jika dilihat dari kata Greek-nya “ho airōn tēn hamartian” lebih tepatnya diterjemahkan sebagai “yang mengangkat dosa”; maksudnya di sini bukan berarti Yesus itu sendiri yang mengangkat dosa. Sebab, dalam Injil yang sama kita membaca, bahwa Yesus tidaklah dapat berbuat apa-apa dari dirinya sendiri:

Injil Yohanes 5: 30
Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.

Injil Yohanes 8: 28
Maka kata Yesus: “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.

Kalaupun di sejumlah riwayat Injil diriwayatkan bahwa kedatangan Yesus untuk “mengampuni” dosa, – yang demikian ini maksudnya adalah membimbing umatnya ke jalan pertobatan agar terhindar dari jerat dosa. Bagaimanapun, tidak ada satu ayat pun di dalam empat kitab Injil kanonik Kristen dimana Yesus secara jelas mengajarkan penebusan dosa melalui pengorbanan nyawanya, melainkan dengan cara berdoa kepada Tuhan:

Injil Matius 6: 9-12
Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami

Injil Lukas 11: 2-4
Jawab Yesus kepada mereka: “Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.”

Yesus sendiri mengatakan bahwa tidak semua orang telah jatuh ke dalam dosa, dan hanya kepada orang-orang (Israel) berdosa sajalah dirinya diutus:

Injil Matius 9: 12-13
Yesus mendengarnya dan berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

Injil Markus 2: 17
Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

Injil Lukas 5: 31-32
Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.”

Renungkan pula ayat-ayat berikut:

Mazmur 50: 13-15
Daging lembu jantankah Aku makan, atau darah kambing jantankah Aku minum ? Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi ! Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku.”

Yeremia 7: 21-22
Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: “Tambah sajalah korban bakaranmu kepada korban sembelihanmu dan nikmatilah dagingnya ! Sungguh, pada waktu Aku membawa nenek moyangmu keluar dari tanah Mesir Aku tidak mengatakan atau memerintahkan kepada mereka sesuatu tentang korban bakaran dan korban sembelihan; Sela

PERINGATAN YESUS TERHADAP ORANG-ORANG FARISI

Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa apa yang dinamakan sebagai “Dosa Waris” sama sekali tidak memiliki landasan baik di dalam Perjanjian Lama maupun di dalam keempat kitab Injil. Karenanya, adalah sangat beralasan jikalau Muslim mengatakan bahwa “Dosa Asal” atau “Original Sin” adalah doktrin yang diciptakan oleh Saulus (Paulus) yang dituangkannya melalui Surat-suratnya.

Siapa Saulus (Paulus) ?

Sebagaimana diakuinya, Saulus (Paulus) adalah seorang Farisi:

Kisah Para Rasul 26: 5
Sudah lama mereka mengenal aku dan sekiranya mereka mau, mereka dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah hidup sebagai seorang Farisi menurut mazhab yang paling keras dalam agama kita.

Dan Yesus sendiri telah memberi peringatan keras kepada kita mengenai orang-orang Farisi dan juga ahli-ahli Taurat:

Injil Matius 5: 20
Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Peringatan ini diberikan Yesus setelah menegaskan bahwa kedatangan dirinya bukan untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para Nabi:

Injil Matius 5: 17-19
“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.

Kenapa peringatan tentang orang-orang Farisi dan juga ahli-ahli Taurat ini diucapkan Yesus setelah menegaskan hal tersebut di atas ? Berikut alasannya:

Injil Matius 23: 2-3
“Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.

Demikianlah kemunafikan orang-orang Farisi sebagaimana disabdakan oleh Yesus:

Injil Lukas 12: 1
“Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.

Tipikal munafiknya orang-orang Farisi ini dapat dilihat dari sosok Saulus (Paulus), yang di antaranya mengajarkan bahwa tidak seorangpun dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat. Bahkan, Saulus mengkambinghitamkan hukum Taurat seolah ia biang keladi dosa:

Surat Roma 3: 20
Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.

Padahal kedatangan Yesus sendiri, sebagaimana telah saya kutip di atas sabdanya, jelas sama sekali tidak meniadakan hukum Taurat, sekalipun satu iota.

PENUTUP

Kini, terdapat lebih dari dua milyar orang Kristen di dunia yang menganggap “Natur Dosa”-nya telah tertebus oleh Yesus menurut doktrin “Keselamatan” yang mereka yakini. Namun sungguh ironis, bahwa penebusan “Dosa Waris” itu sama sekali tidak menghilangkan tabiat untuk melakukan dosa pada mereka yang katanya telah tertebus “Natur Dosa”-nya itu. Ada banyak contoh kasus kejahatan di dunia yang tumbuh begitu subur di kalangan Kristen, tidak terkecuali di kalangan pejabat Gereja sendiri.

Sesungguhnya, doktrin “Penebusan Dosa” ini sama sekali tidak berdampak pada tabiat orang-orang yang meyakininya untuk tidak berbuat dosa. Malahan, justru karena merasa dosanya telah tertebus, membuat orang-orang yang meyakininya menjadi tidak perduli akan perbuatan yang dilakukannya, yang pada akhirnya membuat mereka jatuh lebih jauh ke dalam dosa.

Kalaupun ada Kristen yang baik, yang menjauhi perbuatan-perbuatan dosa; yang demikian ini bukan dikarenakan dampak dari “dosa asal”-nya telah tertebus, yang karenanya merubah tabiatnya, – sekali-kali tidak ! Melainkan, merupakan sebuah pilihan dirinya sendiri sebagai makhluk yang memiliki kehendak bebas (freewill).

Semoga artikel ini bermanfaat
Salām