Kata Ibrani
“אֶחָד” (translit: ’eḥaḏ), atau yang dalam bentuk feminin-nya “אַחַ֫ת” (‘aḥaṯ) secara umum mengandung arti “satu”. Namun, bisa juga
diterjemahkan dengan beragam kata lainnya tergantung daripada konteks
penggunaannya. Dalam Koine Greek Perjanjian Baru, kata “’eḥaḏ” berpadanan
dengan kata “εἷς” (translit:
heis).
Dalam
Perjanjian Lama, kata “’eḥaḏ” muncul sebanyak lebih dari 900 kali dengan
berbagai bentuk penggunaan. Penggunaan pertamanya di dalam Perjanjian Lama
muncul sebagai bilangan ordinal, yakni “pertama”. Berikut:
Kejadian 1:
5
Dan Allah
menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi,
itulah hari pertama (yōwm ’eḥāḏ).
Kaum
Trinitarian seringkali menafsirkan bahwa kata “’eḥāḏ” pada ayat di atas adalah kesatuan
dari jamaknya sifat yang terdapat di dalam hari, dimana terdapat siang dan
malam, atau pagi dan sore. Padahal jika kita membaca ayat-ayat selanjutnya, kata
“yōwm ’eḥāḏ” justru tidak lagi digunakan untuk menyebut hari-hari berikutnya,
meskipun hari-hari berikutnya masing-masing juga terdiri dari siang dan malam,
atau pagi dan sore.
Secara
berurutan, hari-hari berikutnya setelah “yōwm ’eḥāḏ” dinamakan sebagai “יֹ֥ום שֵׁנִֽי” (translit: yōwm šênî) atau hari kedua, “יֹ֥ום שְׁלִישִֽׁי” (translit: yōwm šəlîšî) atau hari ketiga, “יֹ֥ום רְבִיעִֽי” (translit: yōwm rəḇî‘î) atau hari keempat, “יֹ֥ום חֲמִישִֽׁי” (translit: yōwm ḥămîšî) atau hari kelima, “יֹ֥ום הַשִּׁשִּֽׁי” (translit: yōwm haššiššî) atau hari keenam, dan “יֹ֥ום שְּׁבִיעִ֔י” (translit: yōwm šəḇî‘î) atau hari ketujuh. Yang demikian ini
jelas menunjukkan bahwa kata ’eḥāḏ dalam konteks Kejadian 1: 5 berfungsi sebagai
bilangan ordinal. Juga dalam ayat lainnya dengan fungsi yang sama:
Kejadian 2:
11
Yang pertama
(hā-’eḥāḏ), namanya Pison, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah
Hawila, tempat emas ada.
Selain
dengan istilah “pertama”, kata ’eḥāḏ juga diterjemahkan dalam istilah lain
untuk menunjukkan sebagai bilangan ordinal sesuai dengan konteks penggunaannya,
di antaranya:
Kejadian 8:
5
Sampai bulan
yang kesepuluh makin berkuranglah air itu; dalam bulan yang kesepuluh, pada tanggal
satu (bə-’eḥāḏ) bulan itu, tampaklah puncak-puncak gunung.
Selanjutnya,
kata ’eḥāḏ di dalam Bibel lebih banyak digunakan untuk menunjuk sebagai
bilangan kardinal, yakni “satu”. Salah satunya dalam “Šəma‘ Yiśrā’êl” berikut
ini, yang menjadi batu sandungan terbesar bagi kaum Trinitarian sehingga
harus memberikan definisi lain mengenai kata “’eḥāḏ”:
Ulangan 6: 4
Dengarlah,
hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa (’eḥāḏ) !
Penggunaan
kata “’eḥāḏ” pada Šəma‘ di atas menunjukkan tunggal-nya kuantitas ’Ĕlōhîm
(Allāh) yang patut disembah. Pernyataan ini merupakan penegasan kepada bangsa
Israel di tengah-tengah merebaknya sembahan-sembahan yang salah pada waktu itu;
bahwa hanya ada satu saja sembahan yang benar di antara ilah-ilah yang ada. Yang
demikian ini sejalan dengan ayat-ayat lainnya:
Keluaran 20:
3 dan Ulangan
5: 7
Jangan ada
padamu allah lain di hadapan-Ku.
Salah satu
penggunaan kata “’eḥāḏ” yang seharusnya menunjukkan sebagai bilangan kardinal
“satu”, namun ditafsirkan oleh kaum Trinitarian sebagai kesatuan dari yang
jamak di antaranya ayat berikut:
Kejadian 11:
6
dan Ia
berfirman: “Mereka ini satu bangsa (‘am ’eḥāḏ ) dengan satu bahasa untuk
semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga
yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.
Sama ketika
menafsirkan kata “’eḥāḏ” dalam Kejadian 1: 5, kata “’eḥāḏ” pada ayat di atas juga
ditafsirkan oleh kaum Trinitarian sebagai kesatuan dari jamaknya unsur yang
terdapat di dalam bangsa. Padahal, kata “’eḥāḏ” di sini konteksnya bukan untuk
menunjukkan kardinal dari sifat jamak yang terdapat di dalam bangsa, melainkan
kuantitas bangsa yang ada pada waktu itu sebelum diserakkan oleh Tuhan. Perhatikan
perbedaan penyebutan ordinal bagi dua bangsa dalam contoh ayat berikut sebelum
dan setelah disatukan:
Yehezkiel
37: 22
Aku akan
menjadikan mereka satu bangsa (lǝḡōw ’eḥāḏ) di tanah mereka, di atas
gunung-gunung Israel, dan satu raja memerintah mereka seluruhnya; mereka tidak
lagi menjadi dua bangsa (lišnê ḡōwyim) dan tidak lagi terbagi menjadi
dua kerajaan.
Dari dua
bangsa sebelum disatukan menjadi satu bangsa setelah disatukan pada ayat di
atas jelas menunjukkan bahwa kata “’eḥāḏ” di sini digunakan untuk menunjuk
kuantitas bangsa sebelum dan setelah disatukannya, bukan kuantitas unsur-unsur
jamak yang terdapat di dalam bangsa.
Selain itu,
salah satu ayat favorite yang sering dijadikan senjata bagi kaum Trinitarian
dalam mendukung tafsiran mereka mengenai kata “’eḥāḏ” di antaranya ayat
berikut:
Kejadian 3:
22
Berfirmanlah
TUHAN Allah: “Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari
Kita (kə-’aḥaḏ mimmennū), tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka
sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah
pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya.”
Penggunaan
sufikks jamak “נוּ” (translit: nū) yang bertindak sebagai
pronomina bagi Allāh pada preposisi “מִן” (translit: min) dalam ayat di atas seakan menjadi petunjuk
bagi kaum Trinitarian bahwa kata “’aḥaḏ” benar-benar merupakan kesatuan dari
yang jamak.
Penafsiran
yang demikian ini sangatlah keliru dan tidak memiliki dasar sama sekali di
dalam Bibel. Saya sepakat, bahwa memang sufiks jamak orang pertama “נוּ” (translit: nū) atau “Kita” pada ayat di atas berfungsi sebagai
jamak bilangan (plural of numbers), walaupun di sisi lain dalam bahasa Ibrani
juga dikenal apa yang menurut istilah linguistik disebut sebagai “jamak
keagungan” (plural of majesty) atau “jamak kehormatan” (plural of respect).
Namun demikan, sufiks jamak “nū” di sini bukan untuk menunjuk jumlah atau
bilangan Allāh yang oleh Kristen disebut sebagai “Trinitas”, melainkan menunjuk
bahwa Allāh di sana sedang berbicara pada oknum lain, yakni para malaikat yang
ada di dekat takhtaNya:
1 Raja-raja
22: 19
Kata Mikha:
“Sebab itu dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di
atas takhta-Nya dan segenap tentara sorga berdiri di dekat-Nya, di sebelah
kanan-Nya dan di sebelah kiri-Nya.
Sebelum
memakan buah dari “pohon pengetahuan”, manusia tidaklah seperti para malaikat,
yang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Karenanya, tidak
heran walaupun dalam keadaan telanjang, Adam dan isterinya tidak merasa malu:
Kejadian 2:
25
Mereka
keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.
Barulah
setelah memakan buah dari “pohon pengetahuan”, yang memberi pengetahuan akan
baik dan buruk; manusia merasa malu dan bergegas menutupi tubuh mereka dengan
daun pohon ara:
Kejadian 3:
7
Maka
terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu
mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.
Pengetahuan
baru yang dimiliki manusia setelah memakan buah dari “pohon pengetahuan” ini,
yang membuat mereka dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, telah membuat
mereka sama seperti malaikat. Karenanya Allāh berfirman:
“Sesungguhnya
manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita” (Hên hā-’Āḏām hāyāh kə-’aḥaḏ
mimmennū)
“Salah
satu dari Kita” di sini maksudnya adalah malaikat, bukan salah satu pribadi
dari “Trinitas” seperti yang diklaim oleh kaum Trinitarian.
Selanjutnya,
berikut saya kutipkan sejumlah ayat yang juga menggunakan kata “’eḥāḏ” dengan
terjemahan yang bervariasi sesuai dengan konteks penggunaannya.
SALAH SATU
Kejadian 49:
16
Adapun Dan,
ia akan mengadili bangsanya sebagai salah satu suku (kə’aḥaḏ šiḇṭê) Israel.
SEORANG
Keluaran 1:
15
Raja Mesir
juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani, seorang
(hā’aḥaṯ) bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya:
SAJA
Ulangan 17:
6
Atas
keterangan dua atau tiga orang saksi haruslah mati dibunuh orang yang dihukum
mati; atas keterangan satu orang saksi saja (‘êḏ ’eḥāḏ) janganlah ia
dihukum mati.
BAGIAN NUMERIK
DARI SEBELAS
Kejadian 37:
9
Lalu ia
memimpikan pula mimpi yang lain, yang diceritakannya kepada saudara-saudaranya.
Katanya: “Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang (wə-’aḥaḏ
‘āśār kōwḵāḇîm) sujud menyembah kepadaku.”
SAMA
Keluaran 36:
15
Panjang
tiap-tiap tenda tiga puluh hasta dan empat hasta lebarnya tiap-tiap tenda: yang
sebelas tenda itu sama ukurannya (middāh ’aḥaṯ).
SUATU
Kejadian 48:
22
Dan sekarang
aku memberikan kepadamu sebagai kelebihanmu dari pada saudara-saudaramu, suatu
(’aḥaḏ) punggung gunung yang kurebut dengan pedang dan panahku dari tangan
orang Amori.”
SEBUAH
Keluaran 16:
33
Sebab itu
Musa berkata kepada Harun: “Ambillah sebuah buli-buli (ṣinṣeneṯ ’aḥaṯ), taruhlah
manna di dalamnya segomer penuh, dan tempatkanlah itu di hadapan TUHAN untuk
disimpan turun-temurun.”
YANG LAIN
Bilangan 6:
11
Maka
haruslah imam mengolah yang seekor menjadi korban penghapus dosa dan yang
lain (wə’eḥāḏ) menjadi korban bakaran, dan mengadakan pendamaian bagi dia,
oleh karena dia telah berdosa dengan berada dekat mayat. Pada hari itu juga ia
harus menguduskan kepalanya
SEPOTONG
Keluaran 25:
36
Tombol dan
cabang itu harus timbul dari kandil itu, dan semuanya itu haruslah dibuat dari sepotong
emas (’aḥaṯ zāhāḇ) tempaan yang murni.
SETIAP
Keluaran 26:
21
dengan empat
puluh alas peraknya: dua alas di bawah satu papan dan seterusnya dua alas di
bawah setiap papan (haqqereš hā-’eḥāḏ).
SEEKOR
Imamat 14:
22
Dan lagi dua
ekor burung tekukur atau dua ekor burung merpati sekadar kemampuannya, yang seekor
(’eḥāḏ) harus menjadi korban penghapus dosa dan yang seekor (wəhā-’eḥāḏ)
lagi menjadi korban bakaran.
SEKALI
Keluaran 30:
10
Sekali setahun (’aḥaṯ
baššānāh) haruslah Harun mengadakan pendamaian di atas tanduk-tanduknya; dengan
darah korban penghapus dosa pembawa pendamaian haruslah ia sekali setahun
mengadakan pendamaian bagi mezbah itu di antara kamu turun-temurun; itulah
barang maha kudus bagi TUHAN.”
YAḤAḎ UNTUK
JAMAK, BUKAN ‘EḤĀḎ
Di dalam
Alkitab Ibrani, kata yang digunakan untuk merepresentasikan suatu kesatuan dari
yang jamak atau sebuah kebersamaan adalah “יָחַד” (NS. 3161 – yaḥaḏ) dan “יָ֫חַד” (NS. 3162 – yaḥaḏ). Berikut contoh ayat
yang menggunakan kata yaḥaḏ:
Ulangan 33:
5
Ia menjadi
raja di Yesyurun, ketika kepala-kepala bangsa datang berkumpul, yakni segala
suku Israel bersama-sama (yaḥaḏ).
1 Samuel 11:
11
Keesokan
harinya Saul membagi rakyat itu menjadi tiga pasukan. Mereka itu masuk ke
tengah-tengah perkemahan musuh pada waktu kawal pagi dan memukul kalah
orang-orang Amon sebelum hari panas; dan terserak-seraklah orang-orang yang
lolos itu, sehingga di antara mereka tidak ada tinggal dua orang bersama-sama
(yāḥaḏ).
2 Samuel 14:
16
sebab raja
akan mendengarkan aku dan akan melepaskan hambanya ini dari tangan orang yang
hendak memunahkan aku dan anakku bersama-sama (wə’eṯ bənî yaḥaḏ) dari
milik pusaka Allah.
Demikian
arti dari kata “eḥaḏ” dan beragam terjemahannya berdasarkan konteks
penggunaannya. Intinya, kata “’eḥaḏ” sama sekali tidak pernah mengandung arti “kesatuan
dari yang jamak” seperti yang diklaim oleh kaum Trinitarian. Semoga bermanfaat.
Wassalāmu’alaîkum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar