Kamis, 05 November 2015

STUDI KATA ‘EḤĀḎ




Kata Ibrani “אֶחָד” (translit: ’eḥaḏ), atau yang dalam bentuk feminin-nya “אַחַ֫ת” (‘aḥaṯ) secara umum mengandung arti “satu”. Namun, bisa juga diterjemahkan dengan beragam kata lainnya tergantung daripada konteks penggunaannya. Dalam Koine Greek Perjanjian Baru, kata “’eḥaḏ” berpadanan dengan kata “εἷς” (translit: heis).

Dalam Perjanjian Lama, kata “’eḥaḏ” muncul sebanyak lebih dari 900 kali dengan berbagai bentuk penggunaan. Penggunaan pertamanya di dalam Perjanjian Lama muncul sebagai bilangan ordinal, yakni “pertama”. Berikut:

Kejadian 1: 5
Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama (yōwm ’eḥāḏ).

Kaum Trinitarian seringkali menafsirkan bahwa kata “’eḥāḏ” pada ayat di atas adalah kesatuan dari jamaknya sifat yang terdapat di dalam hari, dimana terdapat siang dan malam, atau pagi dan sore. Padahal jika kita membaca ayat-ayat selanjutnya, kata “yōwm ’eḥāḏ” justru tidak lagi digunakan untuk menyebut hari-hari berikutnya, meskipun hari-hari berikutnya masing-masing juga terdiri dari siang dan malam, atau pagi dan sore.

Secara berurutan, hari-hari berikutnya setelah “yōwm ’eḥāḏ” dinamakan sebagai “יֹ֥ום שֵׁנִֽי” (translit: yōwm šênî) atau hari kedua, “יֹ֥ום שְׁלִישִֽׁי” (translit: yōwm šəlîšî) atau hari ketiga, “יֹ֥ום רְבִיעִֽי” (translit: yōwm rəḇî‘î) atau hari keempat, “יֹ֥ום חֲמִישִֽׁי” (translit: yōwm ḥămîšî) atau hari kelima, “יֹ֥ום הַשִּׁשִּֽׁי” (translit: yōwm haššiššî) atau hari keenam, dan “יֹ֥ום שְּׁבִיעִ֔י” (translit: yōwm šəḇî‘î) atau hari ketujuh. Yang demikian ini jelas menunjukkan bahwa kata ’eḥāḏ dalam konteks Kejadian 1: 5 berfungsi sebagai bilangan ordinal. Juga dalam ayat lainnya dengan fungsi yang sama:

Kejadian 2: 11
Yang pertama (hā-’eḥāḏ), namanya Pison, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Hawila, tempat emas ada.

Selain dengan istilah “pertama”, kata ’eḥāḏ juga diterjemahkan dalam istilah lain untuk menunjukkan sebagai bilangan ordinal sesuai dengan konteks penggunaannya, di antaranya:

Kejadian 8: 5
Sampai bulan yang kesepuluh makin berkuranglah air itu; dalam bulan yang kesepuluh, pada tanggal satu (bə-’eḥāḏ) bulan itu, tampaklah puncak-puncak gunung.

Selanjutnya, kata ’eḥāḏ di dalam Bibel lebih banyak digunakan untuk menunjuk sebagai bilangan kardinal, yakni “satu”. Salah satunya dalam “Šəma‘ Yiśrā’êl” berikut ini, yang menjadi batu sandungan terbesar bagi kaum Trinitarian sehingga harus memberikan definisi lain mengenai kata “’eḥāḏ”:

Ulangan 6: 4
Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa (’eḥāḏ) !

Penggunaan kata “’eḥāḏ” pada Šəma‘ di atas menunjukkan tunggal-nya kuantitas ’Ĕlōhîm (Allāh) yang patut disembah. Pernyataan ini merupakan penegasan kepada bangsa Israel di tengah-tengah merebaknya sembahan-sembahan yang salah pada waktu itu; bahwa hanya ada satu saja sembahan yang benar di antara ilah-ilah yang ada. Yang demikian ini sejalan dengan ayat-ayat lainnya:

Keluaran 20: 3 dan Ulangan 5: 7
Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.

Salah satu penggunaan kata “’eḥāḏ” yang seharusnya menunjukkan sebagai bilangan kardinal “satu”, namun ditafsirkan oleh kaum Trinitarian sebagai kesatuan dari yang jamak di antaranya ayat berikut:

Kejadian 11: 6
dan Ia berfirman: “Mereka ini satu bangsa (‘am ’eḥāḏ ) dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.

Sama ketika menafsirkan kata “’eḥāḏ” dalam Kejadian 1: 5, kata “’eḥāḏ” pada ayat di atas juga ditafsirkan oleh kaum Trinitarian sebagai kesatuan dari jamaknya unsur yang terdapat di dalam bangsa. Padahal, kata “’eḥāḏ” di sini konteksnya bukan untuk menunjukkan kardinal dari sifat jamak yang terdapat di dalam bangsa, melainkan kuantitas bangsa yang ada pada waktu itu sebelum diserakkan oleh Tuhan. Perhatikan perbedaan penyebutan ordinal bagi dua bangsa dalam contoh ayat berikut sebelum dan setelah disatukan:

Yehezkiel 37: 22
Aku akan menjadikan mereka satu bangsa (lǝḡōw ’eḥāḏ) di tanah mereka, di atas gunung-gunung Israel, dan satu raja memerintah mereka seluruhnya; mereka tidak lagi menjadi dua bangsa (lišnê ḡōwyim) dan tidak lagi terbagi menjadi dua kerajaan.

Dari dua bangsa sebelum disatukan menjadi satu bangsa setelah disatukan pada ayat di atas jelas menunjukkan bahwa kata “’eḥāḏ” di sini digunakan untuk menunjuk kuantitas bangsa sebelum dan setelah disatukannya, bukan kuantitas unsur-unsur jamak yang terdapat di dalam bangsa.

Selain itu, salah satu ayat favorite yang sering dijadikan senjata bagi kaum Trinitarian dalam mendukung tafsiran mereka mengenai kata “’eḥāḏ” di antaranya ayat berikut:

Kejadian 3: 22
Berfirmanlah TUHAN Allah: “Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita (kə-’aḥaḏ mimmennū), tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya.”

Penggunaan sufikks jamak “נוּ” (translit: nū) yang bertindak sebagai pronomina bagi Allāh pada preposisi “מִן” (translit: min) dalam ayat di atas seakan menjadi petunjuk bagi kaum Trinitarian bahwa kata “’aḥaḏ” benar-benar merupakan kesatuan dari yang jamak.

Penafsiran yang demikian ini sangatlah keliru dan tidak memiliki dasar sama sekali di dalam Bibel. Saya sepakat, bahwa memang sufiks jamak orang pertama “נוּ” (translit: nū) atau “Kita” pada ayat di atas berfungsi sebagai jamak bilangan (plural of numbers), walaupun di sisi lain dalam bahasa Ibrani juga dikenal apa yang menurut istilah linguistik disebut sebagai “jamak keagungan” (plural of majesty) atau “jamak kehormatan” (plural of respect). Namun demikan, sufiks jamak “nū” di sini bukan untuk menunjuk jumlah atau bilangan Allāh yang oleh Kristen disebut sebagai “Trinitas”, melainkan menunjuk bahwa Allāh di sana sedang berbicara pada oknum lain, yakni para malaikat yang ada di dekat takhtaNya:

1 Raja-raja 22: 19
Kata Mikha: “Sebab itu dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas takhta-Nya dan segenap tentara sorga berdiri di dekat-Nya, di sebelah kanan-Nya dan di sebelah kiri-Nya.

Sebelum memakan buah dari “pohon pengetahuan”, manusia tidaklah seperti para malaikat, yang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Karenanya, tidak heran walaupun dalam keadaan telanjang, Adam dan isterinya tidak merasa malu:

Kejadian 2: 25
Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.

Barulah setelah memakan buah dari “pohon pengetahuan”, yang memberi pengetahuan akan baik dan buruk; manusia merasa malu dan bergegas menutupi tubuh mereka dengan daun pohon ara:

Kejadian 3: 7
Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.

Pengetahuan baru yang dimiliki manusia setelah memakan buah dari “pohon pengetahuan” ini, yang membuat mereka dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, telah membuat mereka sama seperti malaikat. Karenanya Allāh berfirman:

“Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita” (Hên hā-’Āḏām hāyāh kə-’aḥaḏ mimmennū)

Salah satu dari Kita” di sini maksudnya adalah malaikat, bukan salah satu pribadi dari “Trinitas” seperti yang diklaim oleh kaum Trinitarian.

Selanjutnya, berikut saya kutipkan sejumlah ayat yang juga menggunakan kata “’eḥāḏ” dengan terjemahan yang bervariasi sesuai dengan konteks penggunaannya.

SALAH SATU

Kejadian 49: 16
Adapun Dan, ia akan mengadili bangsanya sebagai salah satu suku (kə’aḥaḏ šiḇṭê) Israel.

SEORANG

Keluaran 1: 15
Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani, seorang (hā’aḥaṯ) bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya:

SAJA

Ulangan 17: 6
Atas keterangan dua atau tiga orang saksi haruslah mati dibunuh orang yang dihukum mati; atas keterangan satu orang saksi saja (‘êḏ ’eḥāḏ) janganlah ia dihukum mati.

BAGIAN NUMERIK DARI SEBELAS

Kejadian 37: 9
Lalu ia memimpikan pula mimpi yang lain, yang diceritakannya kepada saudara-saudaranya. Katanya: “Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang (wə-’aḥaḏ ‘āśār kōwḵāḇîm) sujud menyembah kepadaku.”

SAMA

Keluaran 36: 15
Panjang tiap-tiap tenda tiga puluh hasta dan empat hasta lebarnya tiap-tiap tenda: yang sebelas tenda itu sama ukurannya (middāh ’aḥaṯ).

SUATU

Kejadian 48: 22
Dan sekarang aku memberikan kepadamu sebagai kelebihanmu dari pada saudara-saudaramu, suatu (’aḥaḏ) punggung gunung yang kurebut dengan pedang dan panahku dari tangan orang Amori.”

SEBUAH

Keluaran 16: 33
Sebab itu Musa berkata kepada Harun: “Ambillah sebuah buli-buli (ṣinṣeneṯ ’aḥaṯ), taruhlah manna di dalamnya segomer penuh, dan tempatkanlah itu di hadapan TUHAN untuk disimpan turun-temurun.”

YANG LAIN

Bilangan 6: 11
Maka haruslah imam mengolah yang seekor menjadi korban penghapus dosa dan yang lain (wə’eḥāḏ) menjadi korban bakaran, dan mengadakan pendamaian bagi dia, oleh karena dia telah berdosa dengan berada dekat mayat. Pada hari itu juga ia harus menguduskan kepalanya

SEPOTONG

Keluaran 25: 36
Tombol dan cabang itu harus timbul dari kandil itu, dan semuanya itu haruslah dibuat dari sepotong emas (’aḥaṯ zāhāḇ) tempaan yang murni.

SETIAP

Keluaran 26: 21
dengan empat puluh alas peraknya: dua alas di bawah satu papan dan seterusnya dua alas di bawah setiap papan (haqqereš hā-’eḥāḏ).

SEEKOR

Imamat 14: 22
Dan lagi dua ekor burung tekukur atau dua ekor burung merpati sekadar kemampuannya, yang seekor (’eḥāḏ) harus menjadi korban penghapus dosa dan yang seekor (wəhā-’eḥāḏ) lagi menjadi korban bakaran.

SEKALI

Keluaran 30: 10
Sekali setahun (’aḥaṯ baššānāh) haruslah Harun mengadakan pendamaian di atas tanduk-tanduknya; dengan darah korban penghapus dosa pembawa pendamaian haruslah ia sekali setahun mengadakan pendamaian bagi mezbah itu di antara kamu turun-temurun; itulah barang maha kudus bagi TUHAN.”

YAḤAḎ UNTUK JAMAK, BUKAN ‘EḤĀḎ

Di dalam Alkitab Ibrani, kata yang digunakan untuk merepresentasikan suatu kesatuan dari yang jamak atau sebuah kebersamaan adalah “יָחַד” (NS. 3161 – yaḥaḏ) dan “יָ֫חַד” (NS. 3162 – yaḥaḏ). Berikut contoh ayat yang menggunakan kata yaḥaḏ:

Ulangan 33: 5
Ia menjadi raja di Yesyurun, ketika kepala-kepala bangsa datang berkumpul, yakni segala suku Israel bersama-sama (yaḥaḏ).

1 Samuel 11: 11
Keesokan harinya Saul membagi rakyat itu menjadi tiga pasukan. Mereka itu masuk ke tengah-tengah perkemahan musuh pada waktu kawal pagi dan memukul kalah orang-orang Amon sebelum hari panas; dan terserak-seraklah orang-orang yang lolos itu, sehingga di antara mereka tidak ada tinggal dua orang bersama-sama (yāḥaḏ).

2 Samuel 14: 16
sebab raja akan mendengarkan aku dan akan melepaskan hambanya ini dari tangan orang yang hendak memunahkan aku dan anakku bersama-sama (wə’eṯ bənî yaḥaḏ) dari milik pusaka Allah.

Demikian arti dari kata “eḥaḏ” dan beragam terjemahannya berdasarkan konteks penggunaannya. Intinya, kata “’eḥaḏ” sama sekali tidak pernah mengandung arti “kesatuan dari yang jamak” seperti yang diklaim oleh kaum Trinitarian. Semoga bermanfaat.

Wassalāmu’alaîkum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar