ISTILAH DAN DEFINISI DOSA MENURUT BIBEL
Bibel
menggunakan sejumlah istilah untuk dosa. Istilah-istilah Ibrani dan juga Aram yang
digunakan untuk dosa dalam Perjanjian Lama yakni: “אָשֵׁם” (translit:
‘āšem) dari akar kata “אָשַׁם” (translit: ‘āšam); “חָטָא” (translit: ḥāṭā); “חֵטְא” (translit:
ḥêṭ) dari akar kata “חָטָא” (translit: ḥāṭā); “חֲטָאָה” (translit: ḥăṭā’āh)
dari akar kata “חָטָא” (translit: ḥāṭā); “חַטָּאָה” (translit: ḥaṭṭā’āh)
dari akar kata “חָטָא” (translit: ḥāṭā); “חֲטֵי” (translit: ḥāṭê); “טֻמְאָה” (translit: ṭum’āh) dari akar kata “טָמֵא” (translit:
ṭāmê); “יָדָה” (translit: yādāh); “עָווֹן” (translit: ‘āvōwn) dari akar kata “עָוָה” (translit:
’āwāh); “עָשָׂה” (translit: ‘āśāh); “פֶּשַׁע” (translit: peša’) dari
akar kata “פָּשַׁע” (translit: pāša’); dan “שָׁגָה” (translit: šāgāh). Sedangkan
istilah-istilah Koine Greek yang digunakan untuk dosa dalam Perjanjian Baru
yakni: “ἁμαρτάνω” (translit: hamartanō); “ἁμάρτημα” (translit: hamartēma) dari
akar kata “ἁμαρτάνω” (translit: hamartanō); “ἁμαρτία” (translit: hamartia) dari
akar kata “ἁμαρτάνω” (translit: hamartanō); “ἁμαρτωλός” (translit: hamartōlos)
dari akar kata “ἁμαρτάνω” (translit: hamartanō); “αυ’τός” (translit: autos); “κρατέω”
(translit: krateō) dari akar kata “κράτος” (translit: kratos); “παράβασις” (translit:
parabasis) dari akar kata “παραβαίνω” (translit: parabainō); “παράπτωμα”
(translit: paraptōma) dari akar kata “παραπίπτω” (translit: parapiptō); “προαμαρτάνω”
(translit: proamartanō) yang tersusun dari preposisi πρό (translit: pro) dan
kata kerja “ἁμαρτάνω” (translit: hamartanō); “σάρξ” (translit: sarx); “σο”
(translit: sou); dan “υ’μῶν” (translit: humōn).
Namun
demikian, tidak semua penggunaan istilah-istilah di atas mengandung arti dosa,
melainkan harus melihat konteks penggunaannya. Selain itu, tidak semua
penggunaan istilah-istilah di atas diterjemahkan persis dengan kata “dosa”,
tetapi ada juga yang diterjemahkan sebagai “kesalahan”, “pelanggaran”, dan
sebagainya.
Jika kita
membaca keseluruhan Bibel, pada hakikatnya segala pelanggaran terhadap apa yang
telah ditetapkan oleh Tuhan adalah dosa.
Sebagai
contoh suatu perbuatan dosa, saya ambil misalnya riwayat Bibel mengenai
perzinahan Daud (Ibrani: דָוִד) dengan Batsyeba (Ibrani: בַּת־שֶׁבַע). Kisah perzinahan ini
diriwayatkan dalam kitab II Samuel, berikut:
2 Samuel 11: 1-5
Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja
biasanya maju berperang, maka Daud menyuruh Yoab maju beserta orang-orangnya
dan seluruh orang Israel. Mereka memusnahkan bani Amon dan mengepung kota Raba,
sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem. Sekali peristiwa pada waktu petang,
ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas
sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang
mandi; perempuan itu sangat elok rupanya. Lalu Daud menyuruh orang bertanya
tentang perempuan itu dan orang berkata: “Itu adalah Batsyeba binti Eliam,
isteri Uria orang Het itu.” Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia.
Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Perempuan itu baru
selesai membersihkan diri dari kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu
ke rumahnya. Lalu mengandunglah perempuan itu dan disuruhnya orang memberitahukan
kepada Daud, demikian: “Aku mengandung.”
Walaupun perbuatan
zina ini dilakukan sesama manusia, namun yang demikian ini adalah suatu
perbuatan dosa. Sebab, Tuhan telah menetapkan dalam Taurat:
Imamat 20: 10
Bila seorang laki-laki berzinah dengan isteri
orang lain, yakni berzinah dengan isteri sesamanya manusia, pastilah keduanya
dihukum mati, baik laki-laki maupun perempuan yang berzinah itu.
Karenanya Tuhan mengutus Nabi Natan (Ibrani: נָתָן) untuk menegur perbuatan Daud tersebut sekaligus menyampaikan
azab Tuhan yang akan ditimpakan kepadanya:
2 Samuel 12: 9-14
Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan
apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan
pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan
dibunuh oleh pedang bani Amon. Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir
dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan
mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu. Beginilah firman
TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum
keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan
memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di
siang hari. Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan
melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan.” Lalu
berkatalah Daud kepada Natan: “Aku sudah berdosa kepada TUHAN.” Dan Natan
berkata kepada Daud: “TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan
mati. Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat
menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati.”
Daud pun akhirnya menyesali perbuatannya itu,
dan ekspresi penyesalannya ini dapat kita baca lewat syair yang digubahnya
dalam kitab Mazmur pasal 51. Berikut saya kutipkan sebagian syairnya:
Mazmur 51: 1-4 (51: 1-6)
Untuk pemimpin biduan. Mazmur dari Daud, ketika
nabi Natan datang kepadanya setelah ia menghampiri Batsyeba. Kasihanilah aku,
ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu
yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku
dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa
bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah
berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil
dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu. Sesungguhnya, dalam kesalahan
aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. Sesungguhnya, Engkau berkenan
akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat
kepadaku.
Demikianlah di antaranya ekpresi penyesalan Daud
atas pelanggarannya terhadap ketetapan Tuhan sehingga membuat dirinya berdosa;
“Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa”.
KISAH TERGELINCIRNYA
MANUSIA UNTUK PERTAMAKALINYA KE DALAM DOSA MENURUT RIWAYAT BIBEL
Berikut ini kutukan
Tuhan kepada Adam (Ibrani: אָדָם) dan Hawa (Ibrani: חַוָּה) menurut riwayat Bibel, yang dipahami oleh
Kristen sebagai awal dari “Dosa Waris” sehingga membuat segenap keturunannya
terhisab pula ke dalam dosa mereka.
Kutukan
kepada kaum perempuan melalui Hawa:
Kejadian 3:
16
“Susah
payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau
akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan
berkuasa atasmu.”
Kutukan
kepada kaum laki-laki melalui Adam:
Kejadian 3:
17-19
“Karena
engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah
Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah
karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah
seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan
tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau akan
mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari
situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi
debu.”
Tetapi jika
kita cermati kutukan-kutukan di atas, sesungguhnya tidak ada kesan di dalamnya
bahwa segenap keturunan mereka akan turut terhisab pula dalam dosa yang mereka
perbuat. Bahkan lebih jauh lagi, kutukan-kutukan di atas merupakan hukuman yang
bersifat duniawi belaka.
Meskipun
berbicara mengenai subjek yang sama, namun kisah yang diriwayatkan di dalam
Bibel ini berbeda jauh dengan apa yang diriwayatkan di dalam Al-Qur’ān. Di
dalam Al-Qur’ān, meskipun Adam dan Siti Hawa diusir dari Jannah (Šurga) setelah memakan buah dari “pohon
terlarang”, namun Allāh Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang Mengampuni dosa
mereka:
Al-Qur’ān sŭrah Al-Baqaraḥ ayat 37
فَتَلَقَّىٰٓ
ءَادَمُ مِن رَّبِّهِۦ كَلِمَٰتٖ فَتَابَ عَلَيۡهِۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ
٣٧
Terjemah
Maka Ādam menerima dari Tuhan-nya beberapa
kalimat, lalu Dia (Allāh) Menerima taubat atasnya. Sungguh, Dia Maha Penerima
Taubat lagi Maha Penyayang.
Yang demikian ini adalah jawaban kasih sayang
Allāh ‘Azza wa Jalla atas penyesalan mereka setelah melanggar perintah Allāh
‘Azza wa Jalla tersebut:
Al-Qur’ān
sŭrah Al-A’rāf ayat 23
رَبَّنَا
ظَلَمۡنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَنَكُونَنَّ
مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٢٣
Terjemah
“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami
sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami,
niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.”
RESPON UNTUK AYAT-AYAT PERJANJIAN LAMA YANG
SERINGKALI KRISTEN JADIKAN HUJJAH BAGI DOKTRIN “DOSA ASAL”
Berikut ini ayat-ayat yang umumnya dijadikan
hujjah oleh Kristen untuk membuktikan eksistensi “Dosa Waris” beserta tanggapan
saya:
AYAT PERTAMA
Mazmur 51: 5 (51: 7)
Teks Ibrani (diakritik)
הֵן בְּעָוֹון חֹולָלְתִּי וּבְחֵטְא יֶחֱמַתְנִי אִמִּי
Translit interlinear
Hên (lihatlah) bə’āwōwn (dalam kesalahan) ḥōwlālətî
(aku dilahirkan) ūḇəḥêṭ (dan dalam dosa) yeḥĕmaṯnî (mengandungku) ‘immî (ibuku)
TB LAI
Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan,
dalam dosa aku dikandung ibuku.
Benarkah Daud di sini bermaksud hendak mengatakan,
bahwa dirinya diwarisi tabiat dosa Adam sejak dalam kandungan ?
Jika kita mengetahui silsilah nenek moyang Daud,
niscaya sesungguhnya kita akan mengerti makna dari ungkapan “dalam kesalahan
aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku”. Sebab memang, Daud sudah
tertolak dari jemaat Tuhan sejak dari kandungan. Pertama, Daud merupakan
keturunan kesembilan dari Peres:
Rut 4: 18-22
Inilah keturunan Peres: Peres memperanakkan
Hezron, Hezron memperanakkan Ram, Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab
memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, Salmon memperanakkan Boas,
Boas memperanakkan Obed, Obed memperanakkan Isai dan Isai memperanakkan Daud.
Siapakah Peres ?
Peres, berdasarkan riwayat Bibel, merupakan anak
hasil zina antara Yehuda dengan menantunya, Tamar:
Kejadian 38: 13-18
Ketika dikabarkan kepada Tamar: “Bapa mertuamu
sedang di jalan ke Timna untuk menggunting bulu domba-dombanya,” maka
ditanggalkannyalah pakaian kejandaannya, ia bertelekung dan berselubung, lalu
pergi duduk di pintu masuk ke Enaim yang di jalan ke Timna, karena dilihatnya,
bahwa Syela telah menjadi besar, dan dia tidak diberikan juga kepada Syela itu
untuk menjadi isterinya. Ketika Yehuda melihat dia, disangkanyalah dia seorang
perempuan sundal, karena ia menutupi mukanya. Lalu berpalinglah Yehuda
mendapatkan perempuan yang di pinggir jalan itu serta berkata: “Marilah, aku
mau menghampiri engkau,” sebab ia tidak tahu, bahwa perempuan itu menantunya.
Tanya perempuan itu: “Apakah yang akan kauberikan kepadaku, jika engkau
menghampiri aku?” Jawabnya: “Aku akan mengirimkan kepadamu seekor anak kambing
dari kambing dombaku.” Kata perempuan itu: “Asal engkau memberikan
tanggungannya, sampai engkau mengirimkannya kepadaku.” Tanyanya: “Apakah
tanggungan yang harus kuberikan kepadamu?” Jawab perempuan itu: “Cap meteraimu
serta kalungmu dan tongkat yang ada di tanganmu itu.” Lalu diberikannyalah
semuanya itu kepadanya, maka ia menghampirinya. Perempuan itu mengandung dari
padanya.
Kejadian 38: 27-29
Pada waktu perempuan itu hendak bersalin,
nyatalah ada anak kembar dalam kandungannya. Dan ketika ia bersalin, seorang
dari anak itu mengeluarkan tangannya, lalu dipegang oleh bidan, diikatnya
dengan benang kirmizi serta berkata: “Inilah yang lebih dahulu keluar.” Ketika
anak itu menarik tangannya kembali, keluarlah saudaranya laki-laki, dan bidan
itu berkata: “Alangkah kuatnya engkau menembus ke luar,” maka anak itu dinamai Peres.
Kedua,
Rut, salah seorang nenek moyang Daud, berasal dari Moab:
Rut 4: 13-17
Lalu Boas mengambil Rut dan perempuan itu
menjadi isterinya dan dihampirinyalah dia. Maka atas karunia TUHAN perempuan
itu mengandung, lalu melahirkan seorang anak laki-laki. Sebab itu perempuan-perempuan
berkata kepada Naomi: “Terpujilah TUHAN, yang telah rela menolong engkau pada
hari ini dengan seorang penebus. Termasyhurlah kiranya nama anak itu di Israel.
Dan dialah yang akan menyegarkan jiwamu dan memelihara engkau pada waktu
rambutmu telah putih; sebab menantumu yang mengasihi engkau telah
melahirkannya, perempuan yang lebih berharga bagimu dari tujuh anak laki-laki.”
Dan Naomi mengambil anak itu serta meletakkannya pada pangkuannya dan dialah
yang mengasuhnya. Dan tetangga-tetangga perempuan memberi nama kepada anak itu,
katanya: “Pada Naomi telah lahir seorang anak laki-laki”; lalu mereka
menyebutkan namanya Obed. Dialah ayah Isai, ayah Daud.
Rut 1: 4
Keduanya mengambil perempuan Moab: yang pertama
bernama Orpa, yang kedua bernama Rut; dan mereka diam di situ kira-kira sepuluh
tahun lamanya.
Siapakah Moab ?
Moab, menurut riwayat Bibel, juga merupakan anak
hasil zina antara Lot dengan puteri kandungnya.
Kejadian 19: 33-37
Pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum
anggur, lalu masuklah yang lebih tua untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya
itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun. Keesokan
harinya berkatalah kakaknya kepada adiknya: “Tadi malam aku telah tidur dengan
ayah; baiklah malam ini juga kita beri dia minum anggur; masuklah engkau untuk
tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita.” Demikianlah
juga pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu bangunlah
yang lebih muda untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui
ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun. Lalu mengandunglah kedua anak
Lot itu dari ayah mereka. Yang lebih tua melahirkan seorang anak laki-laki, dan
menamainya Moab; dialah bapa orang Moab yang sekarang.
Demikianlah silsilah Daud, yang menurut Bibel,
merupakan keturunan kesembilan dari “anak haram” (Peres) dan keturunan dari orang
Moab. Sedangkan dalam Taurat jelas tertulis:
Ulangan 23: 2-3
Seorang anak haram janganlah masuk jemaah TUHAN,
bahkan keturunannya yang kesepuluhpun tidak boleh masuk jemaah TUHAN. Seorang
Amon atau seorang Moab janganlah masuk jemaah TUHAN, bahkan keturunannya yang
kesepuluhpun tidak boleh masuk jemaah TUHAN sampai selama-lamanya
Inilah makna deklamasi Daud:
Mazmur 51: 5
(51: 7)
Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan,
dalam dosa aku dikandung ibuku.
AYAT KEDUA
Kejadian 8: 21
Teks Ibrani (diakritik)
וַיָּרַח יהוה אֶת רֵיחַ הַנִּיחֹחַ וַיֹּאמֶר יהוה אֶל לִבֹּו לֹא אֹסִף
לְקַלֵּל עֹוד אֶת הָאֲדָמָה בַּעֲבוּר הָאָדָם כִּי יֵצֶר לֵב הָאָדָם רַע
מִנְּעֻרָיו וְלֹא אֹסִף עֹוד לְהַכֹּות אֶת כָּל חַי כַּאֲשֶׁר עָשִׂיתִי
Translit interlinear
Wayyāra (dan mencium) YHWH (Tuhan) ‘eṯ rêaḥ
(menikmati) hannîḥōaḥ (yang menyejukkan) wayyōmer (dan berkata) YHWH (Tuhan)
‘el (kepada) libbōw (diri-Nya) lō (tidak) ‘ōsiṗ (lagi) ləqallêl (aku akan
mengutuk) ‘ōwḏ (lagi) ‘eṯ hā’ăḏāmāh (bumi) kî (karena) yêṣer (niat) lêḇ (hati)
hā’āḏām (manusia) ra’ (jahat) minnə’urāw (dari belianya/mudanya) wəlō (dan
tidak) ‘eṯ ‘ōsiṗ (aku akan lagi) ‘ōwḏ (lagi) ləhakkōwṯ (membinasakan) ‘eṯ kāl
(semua) ḥay (yang hidup) ka’ăšer (sebagaimana) ‘āśîṯî (telah Aku lakukan)
TB LAI
Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu,
berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya: “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena
manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya,
dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah
Kulakukan.
Kata “dari sejak kecilnya” pada ayat di atas
merupakan terjemahan dari kata Ibrani “מִנְּעֻרָיו” (translit: minnə’urāw) dari kata benda “נְּעור” (translit: nə’ur) dengan prefiks “מ” (Mem) dan sufiks “יו”
(biasanya didahului dengan huruf ber-niqqud Qamatz) untuk menunjukkan orang
ketiga.
Pertama,
kata “nə’ur” sama sekali tidak mengandung arti usia kecil, atau usia dini, atau
usia kanak-kanak, melainkan usia muda atau belia. Kedua, sufiks “יו” adalah untuk menunjukkan orang ketiga tunggal, bukan jamak. Sehingga,
kata “minnə’urāw” di atas tidak mencakup semua pemuda atau belia.
Kata Ibrani yang umumnya digunakan untuk
menunjuk usia yang masih dini, atau anak-anak, atau anak kecil adalah “טָף” (translit: ṭāph) ⇨ Kejadian 34: 29, 43: 8, 45: 19, 46: 5, 47: 12,
47: 24, 50: 8, 50: 21; Keluaran 10: 10, 10: 24, 12: 37; Bilangan 14: 3, 14: 31,
16: 27, 31: 9, 31: 17, 31: 18, 32: 16, 32: 17, 32: 24, 32: 26; Ulangan 1: 39,
2: 34, 3: 6, 3:19, 20: 14, 29: 11, 31: 12; Yosua 1: 14, 8: 35; Hakim-hakim 18:
21, 21: 10; 2 Samuel 15: 22; 2 Tawarikh 20: 13, 31: 18; Ezra 8: 21; Ester 3:
13, 8: 11; Yeremia 40: 7, 41: 16, 43: 6; dan Yehezkiel 9: 6.
Ada juga kata Ibrani lainnya untuk menunjuk usia
kanak-kanak atau dini, seperti kata “נַעַר”
(translit: na’ar), namun demikian harus melihat konteks penggunaannya.
Dari 47 kali penggunaannya, memang ada di
beberapa ayat dimana LAI menerjemahkan kata “nə’ur” sebagai “kecil” untuk menunjukkan
usia yang masih diri. Namun jika mencermati konteks penggunaannya, sesungguhnya
maknanya tidaklah demikian.
AYAT KETIGA
Ayub 15: 14
Teks Ibrani (diakritik)
מָה אֱנֹושׁ כִּי יִזְכֶּה וְכִי יִצְדַּק יְלוּד אִשָּׁה
Translit interlinear
Māh (apakah) ‘ĕnōwōš (manusia) kî yizkeh (maka dia
sempurna/tanpa cela) wəḵî yiṣdaq (dan maka dia benar) yəlūḏ (yang lahir) ‘iššāh
(dari seorang perempuan)
TB
Masakan manusia bersih, masakan benar yang lahir
dari perempuan?
Konteks ayat ini sama sekali tidak bermaksud mengatakan
bahwa setiap yang dilahirkan dari perempuan itu berlumur dosa atau mewarisi
tabiat dosa. Subjek deklamasi Ayub ini adalah berbicara mengenai orang-orang
yang fasik. Perhatikan ayat sebelumnya, berikut:
Ayub 15: 4
Lagipula engkau melenyapkan rasa takut dan
mengurangi rasa hormat kepada Allah.
Ayub 15: 12-13
Mengapa engkau dihanyutkan oleh perasaan hatimu
dan mengapa matamu menyala-nyala, sehingga engkau memalingkan hatimu menentang
Allah, dan mulutmu mengeluarkan perkataan serupa itu?
Perhatikan pula ayat-ayat setelahnya:
Ayub 15: 20
Orang fasik menggeletar sepanjang hidupnya,
demikian juga orang lalim selama tahun-tahun yang disediakan baginya.
Ayub 15: 25
Karena ia telah mengedangkan tangannya melawan
Allah dan berani menantang Yang Mahakuasa
Ayub 15: 34
Karena kawanan orang-orang fasik tidak berhasil,
dan api memakan habis kemah-kemah orang yang makan suap.
Kepongahan orang-orang fasik yang tidak takut
akan Allah, sehingga menentang dan bahkan menantang Yang Maha Kuasa, telah mendorong
Ayub melontarkan pertanyaan retorika:
Ayub 15: 14
Masakan manusia bersih, masakan benar yang lahir
dari perempuan?
Dengan kata lain, Ayub ingin mengatakan bahwa tidaklah
semestinya manusia itu pongah kepada Allah karena manusia itu tidak ada
apa-apanya dibandingkan Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang demikian ini sejalan
dengan deklamasi Ayub yang terdapat dalam pasal 25, berikut:
Ayub 25: 4-6
Bagaimana manusia benar di hadapan Allah, dan
bagaimana orang yang dilahirkan perempuan itu bersih? Sesungguhnya, bahkan
bulanpun tidak terang dan bintang-bintangpun tidak cerah di mata-Nya. Lebih-lebih
lagi manusia, yang adalah berenga, anak manusia, yang adalah ulat !”
Demikianlah setiap orang yang dilahirkan
perempuan, tidaklah bersih di hadapan Allah. Bahkan manusia diibaratkan sebagai
“berenga”, dan anak manusia diibaratkan sebagai “ulat” betapa tidak ada
apa-apanya di hadapan Allah.
Selain itu, bisa jadi ungkapan “masakan manusia
bersih, masakan benar yang lahir dari perempuan” di sini terkait dengan kenajisan
yang dialami perempuan setelah melahirkan. Sebab, di dalam Taurat kita membaca:
Imamat 12: 1-5
TUHAN berfirman kepada Musa, demikian: “Katakanlah
kepada orang Israel: Apabila seorang perempuan bersalin dan melahirkan anak
laki-laki, maka najislah ia selama tujuh hari. Sama seperti pada hari-hari ia
bercemar kain ia najis. Dan pada hari yang kedelapan haruslah dikerat daging
kulit khatan anak itu. Selanjutnya tiga puluh tiga hari lamanya perempuan itu
harus tinggal menantikan pentahiran dari darah nifas, tidak boleh ia kena
kepada sesuatu apapun yang kudus dan tidak boleh ia masuk ke tempat kudus,
sampai sudah genap hari-hari pentahirannya. Tetapi jikalau ia melahirkan anak
perempuan, maka najislah ia selama dua minggu, sama seperti pada waktu ia
bercemar kain; selanjutnya enam puluh enam hari lamanya ia harus tinggal
menantikan pentahiran dari darah nifas.
Karenanya, bisa jadi pertanyaan retorika Ayub
15: 14 juga terkait dengan kenajisan yang dialami perempuan setelah bersalin
atau melahirkan.
Perhatikan pula ayat setelah Ayub 15: 14, berikut:
Ayub 15: 15
Sesungguhnya, para suci-Nya tidak
dipercayai-Nya, seluruh langitpun tidak bersih pada pandangan-Nya
Apakah langit turut menanggung tabiat dosa yang
dilakukan oleh Adam dan isterinya ? Tentu tidak, bukan ?! Ayat di atas semakin
jelas menunjukkan bahwa kata “bersih” dalam konteks ayat ini, baik kata Ibrani “זָכָה” (translit: zākāh) maupun “זָכַך”
(translit: zākak), tidak digunakan dengan maksud bersih dari dosa. Adapun kata
Ibrani yang umumnya digunakan untuk menunjukkan bersih dari dosa adalah “טָהֵר” (translit: tāhêr) dalam berbagai bentuk katanya.
AYAT KEEMPAT
Mazmur 58: 3 (58: 4)
Teks Ibrani (diakritik)
זֹרוּ רְשָׁעִים מֵרָחֶם תָּעוּ מִבֶּטֶן דֹּבְרֵי כָזָב
Translit interlinear
Zōrū (mereka yang menyimpang) rəšā’îm (orang-orang
jahat) mêrāḥem (dari rahim/kandungan/lahir) tā’ū (mereka yang sesat) mibbeṭen (dari
kandungan) dōḇərê (berbicara) ḵāzāḇ (berbohong/berdusta)
TB
Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang,
sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat.
Dari kalimatnya sudah jelas, bahwa yang dikatakan
sudah sesat dari kandungan di sini adalah pendusta, bukan semua orang. Dan
tidak semua orang itu pendusta, tetapi ada orang benar (Ṣaddîq) selainnya,
sebagaimana dikatakan dalam ayat selanjutnya:
Mazmur 58: 10 (58: 11)
Orang benar itu akan bersukacita, sebab ia
memandang pembalasan, ia akan membasuh kakinya dalam darah orang fasik.
AYAT KELIMA
Yesaya 48: 8
Teks Ibrani (diakritik)
גַּם לֹא שָׁמַעְתָּ גַּם לֹא יָדַעְתָּ גַּם מֵאָז לֹא פִתְּחָה אָזְנֶךָ
כִּי יָדַעְתִּי בָּגֹוד תִּבְגֹּוד וּפֹשֵׁעַ מִבֶּטֶן קֹרָא לָךְ
Translit interlinear
Gam (juga) lō (tidak) šāma’tā (engkau dengarkan)
gam (juga) lō (tidak) yāḏa’tā (engkau ketahui) gam (juga) mê’āz (dari/sejak
lalu) lō (tidak) ṗittəḥāh (bukakan) ‘āzəneḵā (telingamu) kî (karena) yāḏa’tî (Aku
tahu) bāḡōwḏ tiḇgōwḏ (kamu akan berkhianat dengan sangat licik) ūṗōšêa’ (dan
melanggar) mibbeṭen (dari kandungan) qōrā laḵ (disebut)
TB
Engkau tidak mendengarnya ataupun mengetahuinya,
juga telingamu tidak terbuka dari sejak dahulu; tetapi Aku telah mengetahui,
bahwa engkau berbuat khianat sekeji-kejinya, dan bahwa orang menyebutkan
engkau: pemberontak sejak dari kandungan.
Sama seperti kasus Mazmur 58: 3 (58: 4), Kristen
telah mengeneralisir yang disebut “pemberontak sejak dari kandungan” pada ayat
di atas. Padahal, konteks ayat ini berbicara tentang orang-orang Israel:
Yesaya 48: 1
Dengarlah firman ini, hai kaum keturunan Yakub,
yang menyebutkan dirinya dengan nama Israel dan yang adalah keturunan Yehuda,
yang bersumpah demi nama TUHAN dan mengakui Allah Israel -- tetapi bukan dengan
sungguh-sungguh dan dengan tulus hati
Sudah begitu banyak rahmat yang telah dicurahkan
Tuhan kepada orang-orang Israel dari sejak dari nenek moyang mereka, Yakub. Dan
walaupun mereka seringkali berpaling kepada berhala, namun Tuhan masih menahan
murka-Nya:
Yesaya 48: 9
Oleh karena nama-Ku Aku menahan amarah-Ku dan
oleh karena kemasyhuran-Ku Aku mengasihani engkau, sehingga Aku tidak
melenyapkan engkau.
Namun demikianlah orang-orang Israel yang
terkenal sebagai bangsa yang tegar tengkuk, keras kepala, dan kepala batu:
Yesaya 48: 4
Oleh karena Aku tahu, bahwa engkau tegar
tengkuk, keras kepala dan berkepala batu
Yang demikian ini sudah menjadi tabiat
orang-orang Israel. Karenanya dikatakan:
Yesaya 48: 8
Engkau tidak mendengarnya ataupun mengetahuinya,
juga telingamu tidak terbuka dari sejak dahulu; tetapi Aku telah mengetahui,
bahwa engkau berbuat khianat sekeji-kejinya, dan bahwa orang menyebutkan
engkau: pemberontak sejak dari kandungan.
Jadi, yang disebut sebagai “pemberontak sejak
dari kandungan” di sini adalah orang-orang Israel, bukan seluruh umat
manusia. Lagi pula, jika mengacu kepada terjemahan Yesaya 48: 8, yang menyebut
mereka sebagai “pemberontak sejak dari kandungan” bukanlah Tuhan,
melainkan orang lain.
AYAT KELIMA
1 Raja-raja 8: 46 dan 2 Tawarikh 6: 36
Teks Ibrani (diakritik)
כִּי יֶחֶטְאוּ לָךְ כִּי אֵין אָדָם אֲשֶׁר לֹא יֶחֱטָא וְאָנַפְתָּ בָם
וּנְתַתָּם לִפְנֵי אֹויֵב וְשָׁבוּם שֹׁובֵיהֶם אֶל אֶרֶץ רְחֹוקָה אֹו קְרֹובָה
Translit interlinear
Kî (karena) yeḥeṭ’ū (mereka berdosa) lāḵ kî
(karena) ‘ên (tidak) ‘āḏām (manusia) ‘āšer (yang) lō (tidak) yeḥĕṭā (mereka
berdosa) wə’ānaṗtā (dan Engkau murka) ḇām ūnəṯattām (dan menyerahkan mereka) liṗnê
(ke hadapan) ‘ōwyêḇ (musuh) wəšāḇūm šōwḇêhem (dan diangkut mereka ditawan) ‘el
(ke) ‘ereṣ (negeri) rəḥōwqāh (yang jauh) ‘ōw (atau) qərōwḇāh (yang dekat)
TB
Apabila mereka berdosa kepada-Mu – karena tidak
ada manusia yang tidak berdosa – dan Engkau murka kepada mereka dan menyerahkan
mereka kepada musuh, sehingga mereka diangkut tertawan ke negeri yang jauh atau
yang dekat
Sebagai makhluk yang tidak sempurna, maka adalah
keniscayaan bahwa manusia tidak akan luput dari khilaf. Inilah makna ungkapan “tidak
ada manusia yang tidak berdosa”. Namun pada ayat sebelum dan sesudahnya, kita membaca
bahwa Salomo memanjatkan doa berikut:
2 Tawarikh 6: 21 dan 1 Raja-raja 8: 30
Dan dengarkanlah permohonan hamba-Mu dan umat-Mu
Israel yang mereka panjatkan di tempat ini; bahwa Engkau juga yang mendengarnya
dari tempat kediaman-Mu, dari sorga; dan apabila Engkau mendengarnya, maka Engkau
akan mengampuni.
2 Tawarikh 6: 23 dan 1 Raja-raja 8: 32
maka Engkaupun hendaklah mendengar dari sorga
dan bertindak serta mengadili hamba-hamba-Mu, yakni membalas perbuatan orang
bersalah dengan menanggungkannya kepada orang itu sendiri, tetapi membenarkan
orang yang benar dengan membalaskan kepadanya sesuai dengan kebenarannya.
2 Tawarikh 6: 25-27 dan 1 Raja-raja 8: 34-36
maka Engkaupun kiranya mendengar dari sorga dan
mengampuni dosa umat-Mu Israel dan mengembalikan mereka ke tanah yang telah
Kauberikan kepada mereka dan nenek moyang mereka. Apabila langit tertutup,
sehingga tidak ada hujan, sebab mereka berdosa kepada-Mu, lalu mereka berdoa di
tempat ini dan mengakui nama-Mu dan mereka berbalik dari dosanya, sebab Engkau
telah menindas mereka, maka Engkaupun kiranya mendengarkannya di sorga dan
mengampuni dosa hamba-hamba-Mu, umat-Mu Israel, – karena Engkaulah yang
menunjukkan kepada mereka jalan yang baik yang harus mereka jalani – dan Engkau
kiranya memberikan hujan kepada tanah-Mu yang telah Kauberikan kepada umat-Mu
menjadi milik pusaka.
2 Tawarikh 6: 30 dan 1 Raja-raja 8: 39
maka Engkaupun kiranya mendengar dari sorga,
tempat kediaman-Mu yang tetap, dan kiranya Engkau mengampuni, dan membalas
kepada setiap orang sesuai dengan segala perbuatannya, karena Engkau mengenal
hatinya – sebab Engkau sajalah yang mengenal hati anak-anak manusia
2 Tawarikh 6: 39
maka Engkau kiranya mendengarkan dari sorga,
dari tempat kediaman-Mu yang tetap, kepada doa dan segala permohonan mereka dan
kiranya Engkau memberikan keadilan kepada mereka, dan Engkau kiranya mengampuni
umat-Mu yang telah berdosa kepada-Mu.
1 Raja-raja 8: 50
Engkau kiranya mengampuni umat-Mu yang telah
berdosa kepada-Mu, mengampuni segala pelanggaran yang dilakukan mereka
kepada-Mu, dan kiranya Engkau membuat mereka menjadi kesayangan orang-orang
yang mengangkut mereka tertawan, sehingga orang-orang itu menyayangi mereka
Dan inilah jawaban Tuhan atas doa yang
dipanjatkan oleh Salomo:
2 Tawarikh 7: 12-14
“Telah Kudengar doamu dan telah Kupilih tempat
ini bagi-Ku sebagai rumah persembahan. Bilamana Aku menutup langit, sehingga
tidak ada hujan, dan bilamana Aku menyuruh belalang memakan habis hasil bumi,
dan bilamana Aku melepaskan penyakit sampar di antara umat-Ku, dan umat-Ku,
yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku,
lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari
sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.
Demikianlah Tuhan yang menjawab do’a hamba-Nya
dan mengampuni dosa umat-Nya, tanpa harus berinkarnasi menjadi manusia dan
turun ke bumi menumbalkan diri-Nya, sebagaimana yang diklaim oleh pihak
Kristen. Salomo dengan sangat jelas membantah konsep turunnya Allah ke bumi.
Dalam pasal yang sama kita membaca:
2 Tawarikh 6: 18 dan 1 Raja-raja 8: 27
Tetapi benarkah Allah hendak diam bersama dengan
manusia di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala
langitpun tidaklah dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan ini.
AYAT KEENAM
Amsal 20: 9
Teks Ibrani (diakritik)
מִי יֹאמַר זִכִּיתִי לִבִּי טָהַרְתִּי מֵחַטָּאתִי
Translit interlinear
Mî (siapakah) yōmar (dia dapat berkata) zikkîṯî
(aku membersihkan) libbî (hatiku) ṭāhartî (aku tahir) mêḥaṭṭāṯî (dari dosaku)
TB
Siapakah dapat berkata: “Aku telah membersihkan
hatiku, aku tahir dari pada dosaku?”
Jika kita mencermati konteks ayat ini,
sesungguhnya sangat jauh dari maksud untuk mengatakan bahwa tiada seorangpun yang
tahir dari dosa. Perhatikan ayat-ayat sebelumnya:
Amsal 20: 6-8
Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi
orang yang setia, siapakah menemukannya? Orang benar yang bersih kelakuannya –
berbahagialah keturunannya. Raja yang bersemayam di atas kursi pengadilan dapat
mengetahui segala yang jahat dengan matanya.
Perhatikan pula ayat-ayat sesudahnya:
Amsal 20: 11
Anak-anakpun sudah dapat dikenal dari pada perbuatannya,
apakah bersih dan jujur kelakuannya.
Amsal 20: 26-27
Raja yang bijak dapat mengenal orang-orang fasik,
dan menggilas mereka berulang-ulang. Roh manusia adalah pelita TUHAN, yang
menyelidiki seluruh lubuk hatinya.
Perhatikanlah ayat-ayat yang saya kutip di atas.
Jika kita mencermati konteksnya, pertanyaan retorika yang dilontarkan di Amsal
20: 9 mengandung makna bahwa hanya Tuhan (diumpamakan dengan istilah “Raja”
dalam konteks ini) sajalah yang tahu apakah seseorang telah bersih hatinya atau
belum, dan telah tahir dari dosanya atau belum. Karenanya, tidak patut bagi
seseorang manusia dengan pongah mengklaim dirinya, “Aku telah membersihkan hatiku,
aku tahir dari pada dosaku?”.
AYAT KETUJUH
Pengkotbah 7: 20
Teks Ibrani (diakritik)
כִּי אָדָם אֵין צַדִּיק בָּאָרֶץ אֲשֶׁר יַעֲשֶׂה טֹּוב וְלֹא יֶחֱטָא
Translit interlinear
Kî (karena) ‘āḏām (manusia) ‘ên (tiada) ṣaddîq (yang
saleh) bā’āreṣ (di bumi) ‘āšer (yang) ya’ăśeh (dia berbuat) ṭōwḇ (baik) wəlō
(dan tidak) yeḥĕṭā (dia berbuat berdosa)
TB
Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak
pernah berbuat dosa!
Jika mengacu kepada terminologi Kristen mengenai dosa, kata kerja “berbuat
dosa” (yeḥĕṭā) di atas justru menjelaskan mengenai apa yang mereka namakan “dosa pribadi”. Sebagaiman
telah saya katakan di atas; sebagai makhluk
yang tidak sempurna, maka adalah keniscayaan bahwa manusia tidak akan luput
dari khilaf. Namun dosa ini bukan timbul dari tabiat warisan akibat
kejatuhan Adam dan isterinya ke dalam dosa pada peristiwa di Taman Eden –
karena bagaimanapun tidak ada satupun dalil yang menyatakan demikian – melainkan
timbul dari ketidaksengajaan (khilaf) ataupun juga timbul sebagai pilihan kita
sebagai makhluk yang diberi kehendak bebas (freewill).
Menarik jika kita melihat terjemahan ayat ini menurut TB LAI, dimana
terdapat tanda baca titik dua (:) atau “colon” antara kata “orang yang saleh”
dan kalimat “yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa”. Jika kita mengacu
pada fungsinya, tanda baca ini ditambahkan untuk menunjukkan bahwa penjelasan
atau definisi mengenai “orang yang saleh” terdapat setelah tanda baca tersebut orang
“yang saleh itu adalah orang yang berbuat baik dan tidak pernah berbuat dosa.”
Dengan kata lain, setiap orang yang saleh pastilah orang yang berbuat baik dan
tidak pernah berbuat dosa.
Benarkah “orang yang saleh” itu tiada sama sekali menurut Bibel ?
Kata “orang yang saleh” adalah terjemahan dari kata Ibrani “צַדִּיק” (translit: ṣaddîq). Dan Bibel sendiri mencatat keberadaan orang-orang yang “ṣaddîq”, diantaranya ayat berikut:
Kejadian 6: 9
Teks Ibrani (diakritik)
אֵלֶּה תֹּולְדֹת נֹחַ נֹחַ אִישׁ צַדִּיק תָּמִים הָיָה בְּדֹרֹתָיו אֶת
הָאֱלֹהִים הִתְהַלֶּךְ נֹחַ
Translit intelinear
‘Êleh (Inilah) tōwlḏōṯ (generasi) Nōaḥ (Nuh) Nōaḥ
(Nuh) ‘îš (seorang) ṣaddîq (yang benar) tāmîm (sangat tak bercela) hāyāh (adalah)
bəḏōrōṯāw (di antara otang-orang seangkatannya) ‘eṯ (dengan) hā ‘Ĕlōhîm (Allah)
hiṯhalleḵ (berjalan) Nōaḥ (Nuh)
TB
Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar (ṣaddîq) dan tidak bercela di
antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.
Jadi, Nuh sendiri juga adalah orang yang “ṣaddîq”,
yang jika mengacu pada penjelasan dalam Pengkotbah 7: 20, adalah orang yang berbuat baik dan tidak pernah berbuat dosa. Dan memang dikatakan
di situ bahwa Nuh adalah seorang yang “tidak bercela” (tāmîm). Selain ayat di atas, ada banyak sesungguhnya
riwayat lainnya di dalam Bibel yang menunjukkan eksistensi orang-orang “ṣaddîq”.
Karenanya, ucapan-ucapan hikmat dalam Pengkotbah 7: 20 tidak dapat kita artikan
secara harfiah. Lebih dari itu, sekalipun manusia berbuat dosa, namun Tuhan
Yang Maha Pengampun akan mengampuni dosa-dosa umat-Nya dengan jalan pertobatan
sebagai tebusannya.
MENGENAI SURAH MARYAM AYAT 71
Di satu sisi, Kristen membuat pernyataan bahwa
Muslim telah melontarkan “tuduhan” terhadap mereka, namun di sisi lain
sesungguhnya merekalah yang membuat “tuduhan” kepada Muslim. Untuk mencari
pembenaran akan doktrin “Dosa Waris”, Kristen mengatakan bahwa setiap orang
pasti masuk neraka dengan merujuk ayat berikut:
Al-Qur’ān sŭrah Maryam ayat 71
وَإِن
مِّنكُمۡ إِلَّا وَارِدُهَاۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتۡمٗا مَّقۡضِيّٗا ٧١
Terjemah
Dan tidak dari kalian melainkan mendatanginya
(neraka). Hal itu bagi Tuhan kalian adalah kepastian yang sudah Ditetapkan.
Kata “al-Wurūd” (mendatangi) di sini bukan
berarti semua orang akan mendapat siksa neraka. Kelanjutan dari naṣ di atas,
yang diabaikan oleh pihak Kristen adalah:
Al-Qur’ān sŭrah Maryam ayat 72
ثُمَّ
نُنَجِّي ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّنَذَرُ ٱلظَّٰلِمِينَ فِيهَا جِثِيّٗا ٧٢
Terjemah
Kemudian Kami akan Menyelamatkan orang-orang
yang bertakwa dan Kami Membiarkan orang-orang yang zhālim di dalamnya dalam
keadaan berlutut.
Dus, sekalipun setiap orang akan “mendatangi”
neraka, namun tidak semuanya akan masuk ke dalamnya, melainkan orang-orang yang
zhālim saja.
TUHAN MAHA PENGAMPUN
Kristen berpandangan, bahwa dalam setiap
pengampunan ada harga yang harus dibayar, yang menuntut suatu penebusan.
Menurut mereka, Tuhan memang berkuasa mengampuni kita di setiap waktu, namun
dosa kita tidak bisa diampuni begitu saja. Buntut dari pemahaman mengenai
pengampunan ini, Kristen berasumsi bahwa dikarenakan manusia tidak mungkin bisa
membayar penebusan dosa yang dilakukan, maka diperlukan pertolongan dan
kekuatan dari luar sebagai penebus, yakni Tuhan itu sendiri. Analoginya seperti
berikut:
“Presiden memberlakukan berbagai jenis hukuman
sebagai penebusan bagi para pelaku kejahatan di negaranya menurut kadar dan tingkat
kejahatannya. Namun, karena alasan rakyatnya tidak mungkin mampu menanggung
hukuman yang telah diberlakukan mengingat tiada seorangpun yang tidak berbuat
kejahatan, maka Presiden itu sendiri yang menjadi penebus kejahatan yang
dilakukan oleh rakyatnya, untuk kemudian semua kejahatan yang dilakukan oleh
rakyatnya baik yang lalu maupun yang akan datang dianggap telah terampuni
dengan hanya mengimani bahwa Presiden mereka telah menebus seluruh kejahatan
mereka. Katakanlah bagi para pelaku pembunuhan berencana diberlakukan hukuman
mati. Maka, ketika terjadi pembunuhan berencana, yang dihukum mati adalah
Presiden.”
Demikianlah kurang lebih ilustrasi pemahaman
Kristen mengenai dosa, penebusan, dan pengampunan jika dianalogikan dalam
kehidupan penegakan hukum suatu negara. Kita tidak perlu dibingungkan dengan pemahaman
Kristen ini. Adalah lebih baik bagi kita untuk merujuknya langsung kepada apa
yang dikatakan Bibel.
Dalam kitab Bilangan pasal 14 kita membaca
permohonan Musa kepada Tuhan agar mengampuni kesalahan bangsa Israel yang
“tegar tengkuk”:
Bilangan 14: 19-20
Ampunilah kiranya kesalahan bangsa ini sesuai
dengan kebesaran kasih setia-Mu, seperti Engkau telah mengampuni bangsa ini mulai
dari Mesir sampai ke mari.” Berfirmanlah TUHAN: “Aku mengampuninya sesuai
dengan permintaanmu.
Demikian Tuhan Yang Maha Pengampun mengampuni
kesalahan (la’ăwōn) bangsa Israel tanpa harus turun ke bumi menjadi “Penebus”
kesalahan mereka.
Dalam kitab 2 Tawarikh kita membaca firman Tuhan
kepada Salomo:
2 Tawarikh 7: 14
dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan
diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang
jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta
memulihkan negeri mereka.
Di situ jelas Tuhan berfirman bahwa umat-Nya,
yang merendahkan diri kepada-Nya; berdoa dan mencari wajah-Nya; berpaling dari
kejahatan, niscaya akan diampuni dosanya.
Dalam kitab Mazmur pasal 78 kita membaca:
Mazmur 78: 38
Tetapi Ia bersifat penyayang, Ia mengampuni
kesalahan mereka dan tidak memusnahkan mereka; banyak kali Ia menahan murka-Nya
dan tidak membangkitkan segenap amarah-Nya.
Demikianlah “Maśkîl lə-‘Āsāṗ” mengenai kisah “tegar
tengkuk” orang-orang Israel terdahulu, yang walaupun mereka pendurhaka,
pemberontak, tidak tetap hatinya dan tidak setia jiwanya kepada Allah; tidak
berpegang pada perjanjian Allah dan enggan hidup menurut Taurat-Nya; melupakan
pekerjaan-pekerjaan dan perbuatan-perbuatan-Nya; terus berbuat dosa walaupun
Allah telah melakukan keajaiban-keajaiban bagi mereka (baca ayat-ayat
sebelumnya); namun Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang masih
mengampuni kesalahan (‘āwōn) mereka.
Juga dalam pasal lainnya, masih di kitab Mazmur,
kita membaca:
Mazmur 85: 1-2 (85: 1-3)
Untuk pemimpin biduan. Mazmur bani Korah. Engkau
telah berkenan kepada tanah-Mu, ya TUHAN, telah memulihkan keadaan Yakub. Engkau
telah mengampuni kesalahan umat-Mu, telah menutupi segala dosa mereka. Sela
Ayat ini terkait dengan Bilangan 14: 19-20 dan
Mazmur 78: 38 yang telah saya kutip di atas.
Juga di dalam kitab Yeremia, kita membaca firman
Tuhan mengenai kaum Yehuda:
Yeremia 36: 3
Mungkin apabila kaum Yehuda mendengar tentang
segala malapetaka yang Aku rancangkan hendak mendatangkannya kepada mereka,
maka mereka masing-masing akan bertobat dari tingkah langkahnya yang jahat itu,
sehingga Aku mengampuni kesalahan dan dosa mereka.”
Demikianlah difirmankan Tuhan, bahwa Dia
mengampuni dosa umat-Nya jika mereka bertobat. Inilah tebusan dosa, yakni
pertobatan ! Tidak terkecuali bagi orang-orang fasik dan orang-orang jahat,
yang apabila mereka meninggalkan jalan kefasikannya (bagi orang-orang fasik) atau
meninggalkan rancangan kejahatannya (bagi orang-orang jahat); maka sungguh,
Tuhan Yang Maha Pengampun akan mengampuni dosa-dosa mereka, sebagaimana
diserukan dalam kitab Yesaya berikut ini:
Yesaya 55: 7-8
Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan
orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka
Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan
dengan limpahnya. Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah
jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.
Demikianlah rancangan Tuhan, bukanlah rancangan
kita. Apa yang kita pahami sebagai keadilan belum tentu di mata Tuhan demikian.
Karenanya, tidaklah patut bagi kita memaksakan standar keadilan manusia untuk
memahami keadilan Tuhan yang telah dirancang-Nya.
PENEBUS DOSA ADALAH PELAKU DOSA ITU SENDIRI
Sesungguhnya ada banyak ayat di dalam Bibel yang
menunjukkan betapa tidak dibenarkan penebusan suatu dosa dilakukan oleh orang
yang bukan melakukan dosa itu sendiri. Berikut saya cuplikkan di antara
ayat-ayatnya:
Ulangan 24:
16
Janganlah
ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah juga anak dihukum mati karena
ayahnya; setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri.
Yehezkiel
18: 4
Sungguh,
semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang
berbuat dosa, itu yang harus mati.
Yehezkiel
18: 20
Orang yang
berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan
ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar
akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung
atasnya.
Yeremia 31:
29-30
Pada waktu
itu orang tidak akan berkata lagi: Ayah-ayah makan buah mentah, dan gigi
anak-anaknya menjadi ngilu, melainkan: Setiap orang akan mati karena
kesalahannya sendiri; setiap manusia yang makan buah mentah, giginya sendiri
menjadi ngilu.
Bandingkan:
Al-Qur’ān sŭrah
Al-An’ām ayat 164
قُلۡ
أَغَيۡرَ ٱللَّهِ أَبۡغِي رَبّٗا وَهُوَ رَبُّ كُلِّ شَيۡءٖۚ وَلَا تَكۡسِبُ كُلُّ
نَفۡسٍ إِلَّا عَلَيۡهَاۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٞ وِزۡرَ أُخۡرَىٰۚ ثُمَّ إِلَىٰ
رَبِّكُم مَّرۡجِعُكُمۡ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ ١٦٤
Terjemah
Katakanlah: “Apakah
aku akan mencari Tuhan selain Allāh, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala
sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali
kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang
lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu
apa yang kamu perselisihkan.”
Umumnya
orang-orang Kristen akan menganggap ayat-ayat Perjanjian Lama di atas tidak ada
kaitannya dengan konsep “Penebusan Dosa” yang mereka imani. Sebab, menurut
mereka, ayat-ayat di atas berbicara mengenai apa yang mereka namakan sebagai
“Dosa Pribadi”. Sedangkan konsep “Penebusan Dosa” dalam keimanan Kristen adalah
terkait dengan apa yang mereka namakan sebagai “Natur Dosa” atau lebih populernya
disebut sebagai “Dosa Waris”, yang karenanya manusia memiliki tabiat dosa sehingga
memiliki kecenderungan berbuat “Dosa Pribadi”.
Namun yang
demikian ini hanyalah untuk mengalihkan kita kepada pemahaman yang sempit. Sesungguhnya
esensi dari ayat-ayat di atas adalah bahwa, tidak dibenarkan menghukum
seseorang karena dosa atau kesalahan yang diperbuat oleh orang lain, melainkan
orang yang berbuat dosa itu sendirilah yang harus dihukum. Karena dosa yang
diperbuat tidaklah muncul dari tabiat orang yang tidak berdosa, melainkan muncul
dari tabiat orang yang berbuat dosa itu sendiri.
Jika suatu
perbuatan dosa dilakukan secara sengaja, maka yang demikian itu bukan disebabkan
karena tabiat kita yang sudah berdosa sejak lahir akibat warisan dosa Adam dan
isterinya, melainkan karena kita memang makhluk yang memiliki kehendak bebas
(freewill). Sehingga, perbuatan dosa disengaja merupakan pilihan kita sendiri.
Sedangkan jika suatu perbuatan dosa dilakukan secara tidak sengaja, maka yang
demikian ini adalah kekhilafan kita sebagai makhluk yang tidak sempurna. Sebab,
kesempurnaan hanya milik Allah:
Injil Markus
10: 18 dan Injil Lukas 18: 19
Jawab Yesus:
“Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah
saja.
YESUS
MENGHAPUS DOSA DUNIA ?
Salah satu
ayat populer dari Injil yang sering dikutip oleh Kristen untuk membenarkan “Penebusan
Dosa dalam darah Yesus” adalah sebagai berikut:
Injil
Yohanes 1: 29
Teks Greek
dan translit
Ἵδε (Ide) ὁ (ho)
Ἀμνὸς (Amnos) τοῦ (tou) Θεοῦ (Theou) ὁ (ho) αἵρων (airōn) τὴν (tēn) ἁμαρτίαν (hamartian)
τοῦ (tou) κόσμου (kosmou)
Translit
interlinear
Ide
(lihatlah) ho Amnos (domba) tou Theou (Allah) ho airōn (yang mengangkat) tēn
hamartian (dosa) tou kosmou (dunia)
TB
"Lihatlah
Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.
Yang harus
kita insyafi adalah bahwa gelar “ho Amnos tou Theou” atau “anak domba Allah” yang
disematkan kepada Yesus oleh Yohanes Pembaptis tidak berarti bermakna bahwa
Yesus adalah orang yang akan dikorbankan bagi penebusan dosa, sebagaimana
dimaknai oleh sebagian Kristen. Pertama-tama, marilah kita renungkan
sabda Yesus kepada orang-orang Yahudi berikut ini:
Injil
Yohanes 8: 42-44
“Jikalau
Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari
Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang
mengutus Aku. Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak
dapat menangkap firman-Ku. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin
melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula
dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran.
Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah
pendusta dan bapa segala dusta.
Kita tahu
bahwa orang-orang Yahudi berniat untuk membunuh Yesus. Karenanya mereka tidak
layak disebut sebagai “anak-anak Allah”. Sebab jika mereka itu “anak-anak
Allah”, tentunya mereka akan mengasihi Yesus. Namun demikianlah sudah menjadi
tabiat orang-orang Yahudi, sebagaimana dikatakan Yesus, bahwa mereka menuruti
keinginan Iblis, yang memang adalah pembunuh manusia sejak dari semula. Dengan
kata lain, penyaliban Yesus bukanlah kehendak Allah, melainkan keinginan Iblis
melalui “anak-anaknya”, yakni orang-orang Yahudi.
Kedua, prilaku
Yesus menjelang penangkapan atas dirinya sama sekali jauh dari kesan bahwa penyaliban
atas dirinya adalah pengorbanan yang sudah direncanakan dan disepakati.
Perhatikan prilaku dan ucapan-ucapan Yesus saat berada di taman Getsemani
berikut ini:
Injil Matius
26: 36-44
Maka
sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama
Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Duduklah di sini, sementara
Aku pergi ke sana untuk berdoa.” Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus
serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, lalu kata-Nya kepada
mereka: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan
berjaga-jagalah dengan Aku.” Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa,
kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari
pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang
Engkau kehendaki.” Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan
mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: “Tidakkah kamu
sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya
kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.”
Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku jikalau
cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah
kehendak-Mu!” Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur,
sebab mata mereka sudah berat. Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan
berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga.
Injil Markus
14: 32-39
Lalu
sampailah Yesus dan murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani.
Kata Yesus kepada murid-murid-Nya: “Duduklah di sini, sementara Aku berdoa.” Dan
Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes serta-Nya. Ia sangat takut dan gentar, lalu
kata-Nya kepada mereka: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya.
Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah.” Ia maju sedikit, merebahkan diri ke
tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu dari pada-Nya.
Kata-Nya: “Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan
ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang
Engkau kehendaki.” Setelah itu Ia datang kembali, dan mendapati ketiganya
sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: “Simon, sedang tidurkah engkau?
Tidakkah engkau sanggup berjaga-jaga satu jam? Berjaga-jagalah dan berdoalah,
supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging
lemah.” Lalu Ia pergi lagi dan mengucapkan doa yang itu juga.
Prilaku
Yesus di atas jelas menunjukkan betapa dirinya sangat menginginkan agar kiranya
terhindar dari rencana penyaliban yang telah dinubuatkan kepadanya. Model
“pengorbanan” yang demikian ini tentunya sangat jauh dari sikap kesatria seperti
yang ditunjukkan oleh para Samurai (Bushi) Jepang saat hendak melakukan ritual
“Seppuku” atau “Harakiri”.
Ketiga, pengorbanan
Yesus sebagai “penebus dosa” dunia akan bertentangan dengan misi pengutusan
dirinya:
Injil Matius
5: 17-18
“Janganlah
kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para
nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini,
satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi.
Sedangkan di
dalam Taurat dan kitab para Nabi jelas tertulis:
Ulangan 24:
16
Janganlah
ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah juga anak dihukum mati karena
ayahnya; setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri.
Yehezkiel
18: 4
Sungguh,
semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang
berbuat dosa, itu yang harus mati.
Yehezkiel
18: 20
Orang yang
berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan
ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar
akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung
atasnya.
Yeremia 31:
29-30
Pada waktu
itu orang tidak akan berkata lagi: Ayah-ayah makan buah mentah, dan gigi
anak-anaknya menjadi ngilu, melainkan: Setiap orang akan mati karena
kesalahannya sendiri; setiap manusia yang makan buah mentah, giginya sendiri
menjadi ngilu.
Karenanya, istilah
“anak domba Allah” dalam Injil Yohanes 1: 29 tidaklah mengandung makna bahwa
Yesus adalah orang yang akan dikorbankan bagi penebusan dosa. Makna dari
istilah “anak domba Allah” dalam Injil Yohanes 1: 29 dan juga 1: 36 tidak lain
adalah terkait statusnya sebagai utusan Allah (“Bapa”); bahwa segala yang
dilakukan Yesus dibawah tuntunan Allah sebagai “Gembala” baginya, sebagaimana halnya
Daud yang juga “digembala” oleh Tuhan:
Mazmur 23: 1
Mazmur Daud.
TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Selanjutnya,
masih mengenai Injil Yohanes 1: 29, yakni kata “yang menghapus dosa” atau jika
dilihat dari kata Greek-nya “ho airōn tēn hamartian” lebih tepatnya
diterjemahkan sebagai “yang mengangkat dosa”; maksudnya di sini bukan berarti
Yesus itu sendiri yang mengangkat dosa. Sebab, dalam Injil yang sama kita
membaca, bahwa Yesus tidaklah dapat berbuat apa-apa dari dirinya sendiri:
Injil
Yohanes 5: 30
Aku tidak
dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa
yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku
sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.
Injil
Yohanes 8: 28
Maka kata
Yesus: “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa
Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi
Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.
Kalaupun di
sejumlah riwayat Injil diriwayatkan bahwa kedatangan Yesus untuk “mengampuni”
dosa, – yang demikian ini maksudnya adalah membimbing umatnya ke jalan
pertobatan agar terhindar dari jerat dosa. Bagaimanapun, tidak ada satu ayat
pun di dalam empat kitab Injil kanonik Kristen dimana Yesus secara jelas mengajarkan
penebusan dosa melalui pengorbanan nyawanya, melainkan dengan cara berdoa
kepada Tuhan:
Injil Matius
6: 9-12
Karena itu berdoalah
demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah
Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada
hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami,
seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami
Injil Lukas
11: 2-4
Jawab Yesus
kepada mereka: “Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah
Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah
kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada
kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.”
Yesus
sendiri mengatakan bahwa tidak semua orang telah jatuh ke dalam dosa, dan hanya
kepada orang-orang (Israel) berdosa sajalah dirinya diutus:
Injil Matius
9: 12-13
Yesus
mendengarnya dan berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi
orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki
ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk
memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Injil Markus
2: 17
Yesus
mendengarnya dan berkata kepada mereka: “Bukan orang sehat yang memerlukan
tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar,
melainkan orang berdosa.”
Injil Lukas 5:
31-32
Lalu jawab
Yesus kepada mereka, kata-Nya: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi
orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang
berdosa, supaya mereka bertobat.”
Renungkan
pula ayat-ayat berikut:
Mazmur 50:
13-15
Daging lembu
jantankah Aku makan, atau darah kambing jantankah Aku minum ? Persembahkanlah
syukur sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi !
Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan
engkau akan memuliakan Aku.”
Yeremia 7:
21-22
Beginilah
firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: “Tambah sajalah korban bakaranmu
kepada korban sembelihanmu dan nikmatilah dagingnya ! Sungguh, pada waktu Aku
membawa nenek moyangmu keluar dari tanah Mesir Aku tidak mengatakan atau
memerintahkan kepada mereka sesuatu tentang korban bakaran dan korban
sembelihan; Sela
PERINGATAN
YESUS TERHADAP ORANG-ORANG FARISI
Dari uraian
di atas, dapat kita simpulkan bahwa apa yang dinamakan sebagai “Dosa Waris” sama
sekali tidak memiliki landasan baik di dalam Perjanjian Lama maupun di dalam
keempat kitab Injil. Karenanya, adalah sangat beralasan jikalau Muslim mengatakan
bahwa “Dosa Asal” atau “Original Sin” adalah doktrin yang diciptakan oleh
Saulus (Paulus) yang dituangkannya melalui Surat-suratnya.
Siapa Saulus
(Paulus) ?
Sebagaimana
diakuinya, Saulus (Paulus) adalah seorang Farisi:
Kisah Para
Rasul 26: 5
Sudah lama
mereka mengenal aku dan sekiranya mereka mau, mereka dapat memberi kesaksian,
bahwa aku telah hidup sebagai seorang Farisi menurut mazhab yang paling keras
dalam agama kita.
Dan Yesus
sendiri telah memberi peringatan keras kepada kita mengenai orang-orang Farisi
dan juga ahli-ahli Taurat:
Injil Matius
5: 20
Maka Aku
berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup
keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan
masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Peringatan
ini diberikan Yesus setelah menegaskan bahwa kedatangan dirinya bukan untuk
meniadakan hukum Taurat atau kitab para Nabi:
Injil Matius
5: 17-19
“Janganlah
kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para
nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi
ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat,
sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah
hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada
orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga;
tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum
Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
Kenapa
peringatan tentang orang-orang Farisi dan juga ahli-ahli Taurat ini diucapkan
Yesus setelah menegaskan hal tersebut di atas ? Berikut alasannya:
Injil Matius
23: 2-3
“Ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah
dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah
kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi
tidak melakukannya.
Demikianlah
kemunafikan orang-orang Farisi sebagaimana disabdakan oleh Yesus:
Injil Lukas
12: 1
“Waspadalah
terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.
Tipikal
munafiknya orang-orang Farisi ini dapat dilihat dari sosok Saulus (Paulus),
yang di antaranya mengajarkan bahwa tidak seorangpun dibenarkan di hadapan
Allah oleh karena melakukan hukum Taurat. Bahkan, Saulus mengkambinghitamkan
hukum Taurat seolah ia biang keladi dosa:
Surat Roma
3: 20
Sebab tidak
seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum
Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.
Padahal
kedatangan Yesus sendiri, sebagaimana telah saya kutip di atas sabdanya, jelas
sama sekali tidak meniadakan hukum Taurat, sekalipun satu iota.
PENUTUP
Kini,
terdapat lebih dari dua milyar orang Kristen di dunia yang menganggap “Natur Dosa”-nya
telah tertebus oleh Yesus menurut doktrin “Keselamatan” yang mereka yakini.
Namun sungguh ironis, bahwa penebusan “Dosa Waris” itu sama sekali tidak menghilangkan
tabiat untuk melakukan dosa pada mereka yang katanya telah tertebus “Natur Dosa”-nya
itu. Ada banyak contoh kasus kejahatan di dunia yang tumbuh begitu subur di kalangan
Kristen, tidak terkecuali di kalangan pejabat Gereja sendiri.
Sesungguhnya,
doktrin “Penebusan Dosa” ini sama sekali tidak berdampak pada tabiat
orang-orang yang meyakininya untuk tidak berbuat dosa. Malahan, justru karena
merasa dosanya telah tertebus, membuat orang-orang yang meyakininya menjadi
tidak perduli akan perbuatan yang dilakukannya, yang pada akhirnya membuat
mereka jatuh lebih jauh ke dalam dosa.
Kalaupun ada
Kristen yang baik, yang menjauhi perbuatan-perbuatan dosa; yang demikian ini
bukan dikarenakan dampak dari “dosa asal”-nya telah tertebus, yang karenanya
merubah tabiatnya, – sekali-kali tidak ! Melainkan, merupakan sebuah pilihan
dirinya sendiri sebagai makhluk yang memiliki kehendak bebas (freewill).
Semoga
artikel ini bermanfaat
Salām